Waktu kecil saya sering disuruh menyajikan kopi untuk papi saya saat papi doa pribadi setelah doa pagi bersama jemaat dan keluarga. Sebelum saya sekolah saya harus membersihkan rumah, nyapu, ngepel, lap lemari-lemari dan salah satunya bikin kopi. Pernah waktu kami masih di rumah tua kami yang kecil, tiap pagi harus timba air untuk mandi.

Balik ke kopi, aroma kopi itu lho, saya paling gak suka. Saya bisa rasa seperti langsung kenyang kalau menciumnya. Bukan saya gak bisa nelen kopi, bisa, tapi karena aromanya sudah mengenyangkan, saya tidak pernah minum kopi. Orang sering ngafe untuk ngopi, tapi saya milih yang lain, kopi tidak pernah jadi pilihan atau alternatif.

Pada waktu saya pelayanan ke Eropa 4 tahun lalu, saya tinggal di rumah Om Edwin dan Sis Monique (oh I love them!) dan di malam hari sebelum tidur Om Edwin janji besok akan menyediakan kopi special dengan perangkat-perangkat asing dan wine something. I wasn’t interested at all, tapi pagi-pagi aroma mengenyangkan itu sudah nusuk hidung dan disediakan 1 buat Miss Maqdalene! Maka saya harus minum dan makan apa yang dihidangkan tuan rumah saya, karena mereka sudah menyediakannya full hearted with love.

Abu salabim…, waktu saya minum, tidak berapa lama saya mohon ke belakang karena ada sesuatu yang menekan dari dalam. Saya yang seringkali kalau pelayanan pagi, karena rasa buru-buru dan tidak santai, maka si itu malu-malu keluar, kali ini kedorong kopi ajaib!

Besoknya dicoba lagi, dan memang betul, aldino – alhamdulilah dia nongol, lagi! Tahulah saya bahwa apa yang saya hindari justru bagus untuk pencernaan saya. Sekarang jika ada kesulitan ke belakang, saya ambil kopi, dan masih berlaku pelancaran itu sejak 4 tahun yang lalu.

 

coffee_1

Akhirnya untuk mempermudah di Indonesia saya beli kopi sachet 3 in 1. Banyak yang enak dan gurih, yang paling jadi favorite saya adalah yang vanilla flavor. Entah apakah ilmu veses seperti pisang Ambon berflavor vanilla mempengaruhi otak kanan saya, atau memang dari dulu saya suka vanilla flavor. Jadi saya kemana-mana bawa kopi legit itu, wuenak gitu, dan masih berfungsi dengan rapi di belakang sana…hehe.

Lalu saya mengadakan tour ke Korea bulan Maret 2014 dengan murid-murid, dan kami ke Healthy Liver. Coba deh buka sendiri webnya, di sana dijelaskan bahwa liver kita itu sangat penting, pengolahannya dan keberadaannya tergantung dari jenis-jenis yang kita makan dan minum. Yang dilarang di antaranya adalah: Mie instan, makanan olahan, dan makanan berpengawet tahan lama, soda, dsb. Lalu si promo girl Healthy Liver ini menggerus bahan tanpa kimia Healthy Liver ini ke dalam minuman soda yang terkenal, dan hasilnya sangat kelihatan bahwa itu soda langsung terbagi kimiawi jahatnya jika di dalam perut. Dan tablet bagus dari Healthy Liver ini ternyata bisa merontokkan bahan-bahan tidak sehat dalam tubuh kita lewat urine dan BAB.

coffee_2

Lalu dia juga menaruhnya dalam kopi bubuk 3 in 1, dan hasilnya juga langsung bisa dilihat di depan mata kita bahwa itu sangat banyak krimnya, dan sedikit atau bahkan gak ada kesehatannya tapi malah merusak tubuh. Bahkan yang membuat bubuk-bubuk di kopi 3 in 1 tidak lengket 1 dengan yang lain adalah bahan kimia yang begitu banyak, sejahat MSG.

 

Hah??? Jadi, jadi, jadi kopi 3 in 1 is…. Wah, gawat juga ya. Saya beli produknya Healthy Liver untuk 2 bulan, dan setelah pulang ke Indonesia saya singkirkan kopi kesayanganku dengan aroma vanilla itu. Saya aduk kopi asli dengan susu dan madu saja. Hasil ke belakangnya sama, tapi memang agak ribet dan kurang gurih. Tidak apapa, khan mau sehat.

Saya beli Java Monk Coffee, Sis Atha dari Belanda bawain Arabica Coffee, Irene dari Solo bawa Mang Udin kopi, ada lagi yang ngasih entah kopi apa saja kemarinnya itu. Pakainya sedikit-dikit, bukan gila kopi, hanya untuk mendorong ke belakang saja, itu pun gak tiap hari. Saya bahkan bikin ramuan heboh: kopi, anggur orang tua, madu, susu kental manis golden. Waktu pelayanan ke Amerika dengan Sis Atha Oktober kemarin, dia yang juga sudah seperguruan ramuan ini jadi bawa ramuannya di koper. Dia bawa madu murni dan anggurnya, saya bawa susu kental manis dan kopinya, udah deh….mainkan! Tiap pagi kami di hotel yang kadang sekamar kadang terpisah, mengeluarkan jurus heboh coffee-4-in-1. Saya heran, kok sekarang saya jadi peminum kopi? Walaupun masih belum ngafe cari kopi, sebab bagi saya kopi masih terasa mengenyangkan, jadi hanya sebatas keperluan anu saja. Tapi saya bisa diajak ngopi di cafe oleh temen-temen atau rekan faculty cowok, asik juga bahwa saya sudah sebahasa dengan mereka dalam hal ini.

coffee_3

Setelah sekian bulan berpetualang dengan kopi bukan 3 in 1 ini, saya mempelajari lagi dari seorang dosen bule di Ubud ahli kopi bahwa kopi yang sudah dipacking, baik divacuum supaya udara tidak keluar dan tetap higienies, atau pun dalam bentuk apa saja, jika pemrosesan pembakaran sudah lebih dari seminggu, dia sudah tidak berfungsi khasiatnya. Artinya ia sudah mati! Lha terus gimana? Entahlah, saya juga tidak sampai ekstrim ngejar kopi asli yang sehat, sebab saya tidak terlalu minum kopi setiap hari, jika membutuhkan untuk BAB darurat saja sih. Dan jika di tempat-tempat tertentu adanya yang sachet dan disajikan sachetan, apa boleh buat…tetap diminum dengan sukacita lohhhh.

 

Saya hanya mempelajari bahwa terkadang apa yang tidak kita sukai justru yang kita perlukan bagi tubuh kita. Sebenarnya masih ada beberapa kesaksian saya lainnya mengenai hal serupa. Tapi kiranya ini menjadi jawaban bagi beberapa Pembaca yang mengalami hal tertentu atau sakit dalam tubuh dan makanan yang dihindari, mungkinkah ada kaitannya seperti saya, BAB dan kopi? It can be! Try out if you will!