Para suami-suami yang diberkati,

Mendapatkan isteri merupakan suatu berkat dari Tuhan. Ia adalah penolong, ia ditaruh di sisi Anda untuk mengerjakan hal-hal dari segi kewanitaannya, yang terlalu printil jika dikerjakan oleh para pria. Ada banyak hal luar biasa yang dilakukan seorang isteri yang tidak dapat dikerjakan suaminya selama ia bekerja di luar, mengasuh anak, mengatur rumah, dan menolong banyak hal soal rumah tangga, itu sangat baik ditanggungkan kepada seorang isteri.

Namun biasanya karena isteri sudah terbiasa mengatur hal-hal menial, ia akan cenderung kebablasan mengatur semuanya bahkan mengatur suaminya dan mengambil keputusan-keputusan yang seharusnya merupakan pekerjaan dan tanggungjawab suami. Dia akan kelewat batas dan tidak lagi memperhatikan batas-batas kewajibannya.

Sedangkan suami yang lemah akhirnya akan mengambil sikap menyerah dan menyerahkan keputusan yang seharusnya diambilnya kepada isterinya. Isteri yang kemudian merasa pegang kendali dalam rumah tangga akan ‘naik level power memutuskan dalam ‘segala hal.’ Jika dari awal hal ini tidak ditanggulangi, maka powernya makin besar dan makin kacaulah rumah tangga dan arti kata ‘kepala keluarga.’ Banyak isteri tidak mempedulikan hal ini karena jika ia sudah memegang kendali, maka ia merasa berada di tempat yang nyaman dan sukar baginya untuk tunduk memberikan tanggungjawab kepada suaminya untuk memimpin. Tidak disadarinya bahwa kehancuran dan porak poranda menimpa keluarga mereka. Lebih parahnya lagi ia tidak menyadari bahwa power ini merupakan roh iblis. Keras tapi ini kenyataan.

Betapa sulitnya saya melihat pasangan Kristen yang sudah tahu Firman tetapi sudah terlanjur salah fungsi, akhirnya hari-hari pernikahan dan rumah tangga mereka hanyalah cekcok belaka. Suami sudah kepalang basahlevel powernya di bawah isterinya, sehingga untuk mengambil kembali kendali stir kepemimpinannya, ia akan berkata “daripada ribut” – maka ia selalu menghindari percekcokan yang memang bukanlah karakter seorang pria, dan menyerahkan kendali kepada isteri. Keduanya tenggelam dalam kesalahan sistem Sorga dan jika sudah demikian mereka masuk dalam sistem siapa dan mana? You guess right!

Saya yakin banyak isteri akan sulit membaca kenyataan ini, karena satu dan banyak hal, iblis sudah menguasai hati dan rumah tangga dan semua keterbelitan yang sudah terjadi. Ini tidak mudah. Sekarang bukanlah pribadinya lagi yang sedang berpikir, tetapi jika masuk dalam sistem satunya, berarti yang pegang kendali sudah pihak lainnya. Ia hidup dalam kegelapan, hidup dalam ketidakbenaran, tidak hidup dalam Firman. Sulit bukan? Ya, ini sudah agak jauh….

Mari kita baca kisah yang nampaknya keputusan isterinya sangat simpel tetapi arahnya sangat membahayakan dan kacau balau dunia.
Kejadian 16:2 (TB)

Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

“Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.”
Saya tidak berkata bahwa suami tidak boleh mendengarkan perkataan isterinya, sebab jika demikian isteri harus bisu atau suami harus tuli. Ini adalah masalah mendengarkan keputusan yang besar yang salah kaprah dilandasi dengan entah apa atau apa yang jika saya beberkan akan sangat panjang bahasannya. Tetapi suami mana yang diberi gagasan seperti ini tidak ‘cling cling!’ Isteri memberikan madu tanpa harus dia sembunyi-sembunyi. Gagasan gelap, dosa, walau nampak baik dan bersahabat. Kita semua tahu akhir dari kisah ini, tidak hanya berhenti pada percekcokan mereka, tetapi ini menyangkut bangsa-bangsa yang lahir dari dosa dan kekeliruan yang berangkat dari keputusan dan gagasan perkataan yang sangatlah keliru!

‘Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai’ ini harus diwaspadai oleh setiap suami. Engkau adalah kepala keluarga, engkau harus bertanya kepada Tuhan dalam segala hal. Bukan karena itu jalan mulus yang disetujui isteri, maka engkau asal main tancap. Jangan pula berkata bahwa Tuhan berbicara lewat isterimu karena itu hal yang mustahil terjadi atau bak mujizat! Hidup Saudara sebagai anak-anak terang tidak lagi berjalan sesuai dengan daging dan keinginannya. Bahkan daging itu harus dibunuh, sebab saat kita berjalan dalam roh, semuanya yang daging akan berlawanan. Banyak yang enak-enak datangnya dari daging, walaupun tidak semua. Tetapi jika Saudara sudah berhadapan dengan suatu keputusan besar yang ENAK tetapi membingungkan, bertanyalah kepada Tuhan. Besar kemungkinan itu IBLIS!

‘Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai’ ini sangat mengerikan. Saya tidak dapat berpikir bagaimana memutar balik kejadian tersebut, maunya hanya mimpi di siang bolong, tapi nyatanya kerajaan dan bangsa-bangsa yang besar lahir dari kesalahan fatal tersebut dan memerangi kerajaan terang. Saya tidak dapat berpikir jika keputusan kita akhirnya menentukan kejahatan dunia kelak di masa yang akan datang. Taruhlah, Sarai waktu itu tidak berpengertian bahwa perkataannya mendatangkan begitu malapetaka yang tak bisa ia hentikan dari waktu ke waktu — tetapi sekarang ini kita sudah melihat dan membaca kisahnya, sudah mendapatkan warningnya, dan sudah hidup dalam roh. Saya berdoa agar Saudara para suami tidak memberikan keputusan yang berharga kepada isterinya untuk diambil dan dialihkan.

Kejadian 16:5-6

Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.” 
Kata Abram kepada Sarai: “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.

1. Inilah kemudian yang terjadi dari ‘kesalahan kecil’ awal itu. Waktu ada kasus konsekwensi dari ‘Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai’ itu, siapa yang ngamuk dan kena getahnya lagi? Ya dia sendiri yang menyuruh, sang pemberi ide perkataan itu.
– Saat keadaan tidak seperti yang Sarai rencanakan, dia menindas Hagar – dia jadi tuhan atas keadaan tersebut, dia menyalahkan semuanya selain dirinya!

2. Lalu apa reaksi suami yang ‘mendengarkan perkataan Sarai’? Ya dikembalikan kepada yang memberi perkataan! Dia seolah gak mau ikut campur dengan konsekwensi itu, atur sendiri sonoh!

Ini rumit, ruwet! Tapi itu baru awalnya, sampai Tuhan harus gulung lengan baju-Nya dan turun tangan dalam perkara kecil yang membesar ini. Tapi di antara mereka bertiga sendiri (dan dengan anak-anak mereka kemudian jadi ber-5, lalu ditambah dengan pasukan dan para hamba, jadi banyak banget, dan masih berentetan dengan semua keturunan-keturunan mereka yang beranak-pinak sampai sekarang jadi apa entah…) sangatlah sukar sekali perasaan yang mereka akhirnya tanggung.

WHAT SHALL WE DO WHEN THINGS GOT UPSIDE DOWN?
Keputusan yang keluar dari daging (bukan kehendak Tuhan tetapi perencanaan sendiri) selalu membuahkan daging. Saya tidak dapat membayangkan sudah berapa banyak para suami mendengarkan perkataan isterinya dan ‘melahirkan’ kasus-kasus tragedi besar dalam rumah tangga yang tidak dapat dihentikan saat kuasa isteri semakin besar dan dia berkuasa memutuskan setiap perkara dalam rumah tangga yang seharusnya menjadi tanggung jawab suami. Saya tidak ingin sepenuhnya menyalahkan isteri dalam hal ini, karena seharusnyalah suami yang tidak menyerahkan kendali ke tangan penolongnya, dia hanya penolong, dan tidak perlu diberi ‘stir/kemudi’. Ini harus disadari berdua dan berdoa minta ampun bersama serta mengadakan penyerahan kunci stir/kendali tersebut agar fungsi keluarga menjadi seperti apa yang dikehendaki Tuhan.
– Dengan tidak menyalahkan isteri sepenuhnya, saya menasihati agar isteri tidak menyalahkan suaminya kembali, tetapi rendahkanlah dirimu di bawah kekuasaan suami yang adalah penudungmu, kepalamu, covermu yang Tuhan letakkan di atasmu. Kembalikan kuasa itu kepadanya, jangan main-main karena merasa lebih rohani, sebab kerohanian seperti ini sangatlah kedagingan dan bisa dipastikan datangnya dari iblis. Bersungguh-sungguhlah melakukan tindakan profetik, pembalikan, berdoalah berdua dengan memindahalihkan kunci keputusan itu kepada suami, dan suami menerima kembali kunci itu dari isterinya agar Tuhan memberkati pernikahan kalian.