Banyak orang Kristen mengeluh dan menyalahkan Tuhan karena tidak mendapatkan jawaban sesuai doa-doanya. Menurutnya, semua doanya harus dijawab Tuhan; dengan kata lain, seharusnya ia mengatur Tuhan dan kehendaknya harus jadi. Ia lupa bahwa jalan Tuhanlah yang terbaik walaupun nampaknya di mata dia tidak baik. Kita semua sering berlagak seperti ‘tuhan’ yang ingin kehendak-kehendak kita dipenuhi sesuai waktu dan mau kita.

Saya berbincang dengan murid, yang menceritakan kepada saya mengenai seorang ‘kedar’ yang tidak pernah terekspos sama sekali tentang nama Yesus. Tetapi selama berbulan-bulan dia mendengarkan suara audible: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Dia terus bertanya-tanya siapakah ini? apakah arti suara ini? Sampai suatu hari dia ke Jakarta dan ingin sembahyang di mesji-d Istiq-lal. Pada waktu dia mau masuk pintu gerbang, dia melihat cahaya dari salib di seberang mesj-id tersebut, yang adalah salib dari Cathedral. Dan dari cahaya itu terdengarlah suara yang sama: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Dia mengurungkan niatnya masuk mes-jid, lalu bertanya-tanya kepada orang-orang dan tahulah dia bahwa itu suara Tuhan Yesus. Temannya mulai memberinya Alkitab dan dibaca setiap hari. Sampai suatu hari dia ketiduran dengan Alkitab di dadanya, dan ditemukan oleh kakaknya, yang menyebarkannya kepada keluarganya dan perempuan ini diusir dan tidak dianggap sebagai anak.

Dia merantau ke Jakarta dan datang ke sebuah gereja. Di gereja itu dia ditampung selama berbulan-bulan, sampai dia mendengar suara Tuhan lagi agar dia masuk sekolah Alkitab. Dia pamit kepada pendetanya, tetapi tidak ada yang siap membiayainya. Tak lama sesudah itu dia malah sakit dan dibawa ke rumah sakit. Bingunglah perempuan ini, mau masuk sekolah kok malah sakit. Pada waktu dia dirawat, ketahuanlah bahwa dia seorang anak Kristen, walaupun masih berjilbab. Maka salah satu dokter yang merawatnya membebaskannya dari seluruh biaya rumah sakit dan bahkan dokter itu menyekolahkannya sampai ia tamat sekolah teologia.

Kisah Yusuf yang dijual, dijadikan budak, dijebloskan ke dalam penjara nampaknya sudah begitu “usang” dan messagenya tidak terlalu didengar lagi oleh kebanyakan orang Kristen masa kini. Seringkali Tuhan merancang jalan yang nampaknya buruk bagi anak-anak-Nya, tetapi itulah jalan yang terbaik dan penuh berkat. Kisah di atas menjadi contoh lagi kepada kita bahwa ditolak, tidak punya uang, tidak ada yang membiayai, sakit, ternyata merupakan jalan Tuhan untuk mempertemukan perempuan ini kepada orang-orang yang akan menolongnya menjalani visi Tuhan dalam hidupnya.

Seorang yang picik adalah orang yang berpikir bahwa saat keadaan tidak baik, maka itu bukan kehendak Tuhan. Saat bos marah, itu bukan pekerjaan dari Tuhan. Saat keadaan tidak enak dan tidak ada sukacita, maka itu tanda harus keluar dari pelayanan. Saat suami selingkuh, maka dia bukan dari Tuhan. Seandainya orang ini belajar lagi dari pengalaman Daud yang dikejar Saul dan bertahun-tahun mengembara untuk mencapai/mempersiapkan dia kuat dalam mengarungi visi masa depan; Yusuf dan Daniel yang di tanah asing; Yosua yang hanya menjadi hamba selama 40 tahun menanti tuannya di kaki gunung; Musa yang 40 tahun di padang gurun, dll – tentulah dia akan mengaca bahwa padang gurun merupakan sekolah terbaik untuk melambungkan Musa kemana-mana sampai kekekalan! Bahwa keadaan yang monoton, yang nampaknya tidak ada kenaikan level, yang tidak ada tambahan pengetahuan, yang nampaknya sepi dan membosankan, yang tidak ada komunitas selain embek – mempersiapkannya menjadi pemimpin besar segala abad.

Seorang yang sombong adalah seorang yang berambisi dan berpikir bahwa dia harus melakukan segalanya untuk memperoleh kedudukan dan kenaikan jabatan. Dia akan menggunakan segala macam cara untuk bisa naik dan menekan lainnya. Dia akan melupakan cara Tuhan yang kadang harus melewati penurunan dan ketidaknyamanan. Dia akan berpikir bahwa menjadi terkenal dan sibuk adalah perkenanan Tuhan.

Benar, jalan Tuhan seringkali harus ditempuh dengan fighting spirit, tetapi jalan yang lain yang langka adalah jalan kesetiaan – sebab Tuhan adalah setia, itulah nama-Nya. Seringkali Dia tidak harus menantikan pembuktian salto kita di dunia untuk perkenanan-Nya, tetapi kesetiaan kitalah yang melewati ujian.

Seringkali perbedaannya sangat tipis, apakah kita benar-benar mengejar atau berambisi – hendaknya kita selalu waspada akan hal-hal daging yang hanya ingin menyundulkan kita ke permukaan dengan membuat hadirin terpukau, ini jalan iblis. “Aku hendak, aku hendak, aku hendak…”. Itu adalah sifat iblis. Tetapi saat kita menantikan Tuhan, Dia yang mengangkat kita. Dan saat kita sudah berada di atas, hati kita harus senantiasa mengecek, apakah itu kebanggan kita, keinginan kita untuk beroleh applause manusia.

Kita bisa jatuh dari level mana saja jika tidak hati-hati – Yang ada di bawah ingin dibawa ke ketinggian, tapi saat Tuhan sudah bawa tinggi-tinggi, di sana ada banyak ujian juga. Itu sebabnya, kesetiaan merupakan jalan yang indah bagi anak-anak Tuhan, tidak mengingini posisi, karena posisi yang murni datang dari Tuhan.

Seringkali Tuhan menguji kesetiaan, kepercayaan dan pengiringan kita kepada Tuhan apakah murni – apakah kita mengucap syukur hanya saat keadaan baik. Ayub diuji demikian, dan dia berkata, “Dari rahim ibuku aku telanjang, aku juga kembali dengan telanjang, terpujilah Tuhan.” Ini luar biasa… seorang biasanya tereskpos hatinya saat dalam keadaan terjepit.

Teman saya konglomerat sangat besar, suatu hari bangkrut dan semua pegawainya mundur karena tidak bisa digaji. Tetapi pembantunya waktu mau dikeluarkan memohon: “Bos, saya gak usah digaji gak papa, asal saya dikasih makan secukupnya saja. Apakah saya hanya ikut bos kalo bos ada uang…” Waktu Tuhan kembalikan kekayaannya, pembantunya diberi upah sangat tinggi dan dipercayakan posisi yang tinggi. Nah, ini pembantu, tapi mentalitas bos!

Karakter, mentalitas, kesetiaan seseorang bisa dilihat pada waktu dia diperhadapkan dengan keadaan yang sulit. Saat seorang mengeluh ingin keluar, cerai, ini dan itu, pada waktu terjepit, di situlah kekuatannya. Setiap orang akan diuji dengan “api” kata Firman Tuhan. Seringkali “jalan buruk” menunjukkan sifat seorang. Jika seseorang memiliki mentalitas dan karakter yang murni, maka ia tidak akan terbakar.

Bangunlah mentalitasmu di atas dasar yang murni, percayai jalan Tuhan walaupun nampaknya tidak seperti yang engkau harapkan. Jika semuanya sesuai dengan harapanmu, maka Dia tidak kau jadikan Tuhan atas hidupmu tetapi engkau bermain tuhan atas hidupmu. Berseru pada-Nya, berserah kepada-Nya, nantikanlah Dia, maka Ia akan memberkatimu.

Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–
yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana,
yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian
dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya. 1 Petrus 1:7