Seorang nabi bernama John Sandford menulis dalam salah satu bukunya agar kita jangan sampai mengejar nabi dan mencari nubuat.  Biarlah mereka yang mendapatkan kita dan bernubuat kepada kita. Ketika kita menerima nubuat dan janji besar, janganlah kita terlalu sukacita berlebihan, tetapi arahkan hatimu dengan benar, sebab Tuhan masih harus menguji kamu dan menghancurkan kedaginganmu sebelum janji-janji Tuhan itu jadi kenyataan.

Saya menyadari hal ini pada waktu saat-saat sekarang ini, dimana saat saya melongok ke belakang ternyata janji-janji Tuhan itu memerlukan perjalanan pendewasaan yang jauh dan lama dalam prosesnya untuk membentuk saya. Dari sejak saya mendengarkan nubuat awal sampai saya berdiri di hadapan bangsa-bangsa dibutuhkan sekitar 15 tahunan. Dari sejak saya mendapatkan nubuatan bahwa pelayanan saya akan seperti begini dan begitu dibutuhkan juga belasan tahun untuk dipersiapkan Tuhan untuk mencapai kepada pelayanan yang seperti itu. Persiapan dan fondasi yang kokoh dibutuhkan untuk membangun sebuah pelayanan. Yang instan akan mudah luntur dan jatuh jika kena badai. Beo dan memimik atau meniru sangatlah mudah, tetapi tidak akan menghasilkan pertobatan jiwa dan hasil yang benar bagi Kerajaan Sorga. Biar bagaimana pun tetap harus melewati banyaknya proses yang menyakitkan dan persiapan dasar yang teguh, meskipun seseorang menggebu dan ingin dipakai dengan dahsyat. Justru keinginan seperti itulah yang seringkali dihancurkan Tuhan, karena di balik kerinduan seperti itu selalu terdapat ego, prestige, kesombongan, ketinggian hati yang butuh waktu untuk suatu perendahan dan penundukan hati, baik di hadapan Tuhan maupun manusia.

Pada waktu Musa tahu bahwa dia akan dipakai Tuhan, ia bergerak dengan kekuatannya, karena ia merasa diperlengkapi, dia merasa pas dan tangguh, tetapi Tuhan memberikannya sekolah kerendahan hati di padang gurun sampai dia harus mengandalkan Tuhan saja. Ia sudah merasa tidak berarti, tua, tidak mampu bicara, lemah, dan semua pengakuan fisik. Memang Tuhan tidak memerlukan kekuatan fisik sebagai andalan, Dia hanya butuh seorang dengan hati yang siap, yaitu kerendahan hati, pengandalan akan Tuhan sepenuhnya.

Sekarang pun saya menantikan janji yang sudah lama Tuhan berikan dan sejak beberapa tahun lalu masih belum nampak batangnya, tapi saya tetap percaya dan masih menjalani proses yang saya tahu baik buat saya. Hari demi hari pembentukan Tuhan dalam diri saya makin indah, saya dihancurkan, dipersalahkan, difitnah, dikhianati, saya menikmati prosesnya. Itu semua mendewasakan dan menolong untuk mempersiapkan saya menampung janji besar. Sikap besar, jiwa besar, dipersiapkan untuk menampung janji yang besar pula, Amin.

Saya menyadari bahwa Tuhan mulai memakai saya untuk memberikan doa pengutusan, doa nubuat, doa iman, doa masa depan, doa hikmat atau entah apa namanya. Banyak dari mereka terseguk karena tahu bahwa apa yang saya katakan benar dan mengkonfirmasi kesaksian roh mereka. Dari waktu ke waktu doa saya kepada para utusan makin kuat dan pasti. Akhirnya banyak dari para delegasi yang mendengar dari mulut ke mulut menantikan doa saya. Entahlah saya tidak bisa mendiskripsikan perasaan saya. Adakalanya saya merasa tidak berdaya, adakalanya saya enggan membuka mulut. Anehnya disaat saya merasa tak berdaya justru Roh Tuhan kuat menguasai saya dan saya berdoa dengan kuasa dan ketajaman. Mereka akan menyaksikan bahwa apa yang saya katakan benar.

Ada waktunya dimana daging saya berteriak karena saya merasa diserang oleh beberapa delegasi sehingga saya merasa berat/enggan untuk mendoakan mereka satu persatu. Ini bahayanya jika seorang hamba mengutamakan sikapnya sendiri daripada menuruti kemauan Tuannya. Herannya pada waktu saya tidak mau berdoa, Tuhan sendiri justru hadir dan kehadiranNya sangat mencekam kami semua. Semua yang hadir merasakan kehadiran Sang Raja saat saya mengumumkan dengan cucuran airmata bahwa sekarang ini juga Dia di sini bersama kita. Ada yang memanfaatkan saat berharga itu dengan pertobatan, dsb.

Sekali lagi saya menimbang-nimbang bahwa saya enggan mendoakan di hari pengutusan, ketika tiba-tiba Roh Kudus datang melawat dengan kuasanya. Saat mereka semua berdoa dengan nyaring, roh saya tahu bahwa Roh Kudus dalam hitungan satu-dua detik hendak melawat, secepatnya saya stop mereka dari doa yang gaduh, saya yakin mereka tidak terbiasa dengan itu, sekejap sesudah mereka mengatupkan mulut bersama, …wuzzzz angin besar berembus melintasi kami semua, dan bumm! Dia melawat dan memakai mulut saya untuk mendoakan mereka kembali satu persatu dengan kuasa!

Mereka tidak wanita tidak pria menangis dengan airmata bak air terjun. Bermacam-macam nubuat keluar, saya sendiri ikut menangis dan terkagum, karena saya nomer satu yang tidak pernah menyangka ada kata-kata demikian mengagumkan melewati mulut saya. Mereka ter-encouraged, mereka tahu Tuhan mengenal hati mereka dan perjalanan masa lalu dan masa depan yang menanti. Luar biasa!!! Tetapi perjalanan penggenapan dari doa dan nubuat bisa berjalan agak lama dan bisa jadi memakan waktu tahunan bahkan belasan atau puluhan lipat tahun. Kita sukanya instan, dibilang bahwa engkau akan ke bangsa-bangsa, dia sudah siap koper di depan pintu dengan membawa karakter yang sama sejak kecil. Padahal proses pembentukan untuk dilayakkan berdiri di hadapan bangsa-bangsa tidaklah dalam hitungan bulan, tahunan. Itupun jika mau belajar, mengejar, dan diproses dengan baik.

Saya tidak ingin mematahkan semangat Saudara, tetapi saya berbicara dari segi pengalaman dan kisah dari banyaknya pemimpin dunia. Tuhan pernah mengangkat seorang raja karena didesak umat, Dia belum mempersiapkannya, dan Ia menyesal. Kita semua tahu bahwa pemimpin cangkokan atau karbitan tidak tahan lama, mengecewakan dan merugikan Pengutusnya. Akhirnya Tuhan back to the old basic, harus menyemai Daud dari awal, dari sejak muda, lalu harus melewati yang tadi tulisan awal saya cuplikan dari nabi Sandford. Daud harus melewati ujian dan penghancuran kedagingannya.

Persiapan, penghancuran, latihan, kesalahan dan nasihat didikan sangatlah baik bagi jiwa muda yang sedang dipersiapkan menjadi pemimpin dunia. Jangan buru-buru, jangan kecewa, jangan menolak didikan. Anda memerlukannya, rangkullah, nantikanlah. Catatlah, berbesar-jiwalah. Nikmati prosesnya, semuanya akan datang indah pada waktunya.

Ibrani 10:35-36
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. “