Minyak Orang-Aring (Hijau).
Yang tradisional dan yang modern.
Saya masuk di keduanya, masih kadang memakai hal-hal yang tradisional karena saya hidup di jaman itu, tapi saya juga berkembang dengan modernisasi. Saya tidak bisa diam atau ‘puas’ dengan satu produk, saya terus mencari dan bereksperimentasi.

orang aringSaya sudah pernah menuliskan mengenai Nisim di MC sebelumnya, ini hanya perbandingan saja, bahwa saya juga kadang memakai minyak Orang-Aring. Harganya cuman Rp. 8000,- dibanding dengan Nisim yang Rp. 350.000-an lebih. Tapi siapa tahu menolong, karena ini minyak ramuan jadul yang masih dilestarikan dan dipercaya nenek moyang kita dan orang-orang remnant yang masih hidup (seperti saya).

Adanya juga di kedai-kedai kuno yang berdebu yang tidak peduli dengan munculnya Carrefour atau Ekstra Giant atau Aeon.

Cara pemakaian yaitu seperti cem-cem-an (dibacem/marinate)… dioles di seluruh rambut kepala dan batoknya, diungkep dengan handuk semalaman, besoknya baru keramas. Bantal dilapisi dengan handuk juga.

Mengapa saya tertarik minyak Orang-Aring ini? Sepupu saya bilang bahwa isteri ayahnya yang botak memakai minyak tersebut dengan cara di atas, rambutnya tumbuh seperti rumput Jepang! Ah, saya juga mau deh kelihatan seperti Tokyo….