2 Timotius 3:1-5
1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang.
3 Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
4 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
5 Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! 

Jika Saudara tetap mengikuti pembahasan kita Sabtu lalu, Saudara akan sungguh-sungguh mengerti bahwa ada kekuatan Tuhan yang available bagi orang-orang tebusan, itu sebabnya dalam menghadapi banyaknya persoalan yang ingin menjatuhkan iman, berdirilah dengan kekuatan Kristus yang ada di dalammu! Jangan sangkali kekuatan-Nya, jangan menggunakan kekuatanmu sendiri. Manfaatkan karya penebusan Kristus, sebab itu merupakan anugerah bagi kita orang-orang tebusan. His strentgh is available for you, for those who believe.Sebab jika Saudara tidak mempercayai itu, maka Saudara akan masuk dalam ciri-ciri manusia akhir jaman dan tanggung jawabnya entah bagaimana kepada Tuhan yang sudah ada di dalam Saudara.

Masih menyorot ayat-ayat minggu lalu tetapi dilihat dari sudut lainnya. Dalam ayat bahasan kita, jelas sekali sang rasul menegaskan mengenai masa sukar yang akan datang menjelang hari-hari akhir. Mengapa sukar? Karena keuanganlah yang menjadi poin dari persengketaan manusia. Rupanya mammon ini akan membuat hari-hari manusia menjadi sukar dan saling menyerahkan. Karena uanglah manusia akan saling membenci, tidak mau berdamai, tidak saling mengasihi. Kita tahu bahkan antar saudara sedarah daging jadi bunuh-bunuhan dan dendam kesumat karena soal uang. Suami isteri bercerai karena uang. Uang menjadi pemicu utama dari perkelahian dan perpisahan. Bahkan rumah tangga dimulai dengan perjanjian bahwa jika nantinya bercerai harta gono gininya juga terpisah. Ini bukan perkawinan yang sebenarnya adalah merger dalam segala hal. Jika cinta dan kasih sayang menjadi bagian utama dari pernikahan tentunya hal seperti itu tidak menjadi bahasan di depan. Tetapi karena uang ini jadi beban berat dalam mengambil keputusan, maka perjanjian dilakukan untuk menjaga (lagi-lagi menjaga mammon!)

Betapa rendahnya manusia sehingga hidupnya diatur oleh uang, roh mammon, roh duniawi, roh iblis. Betapa menyedihkannya bahwa manusia percaya Tuhan hidupnya tergantung kepada ada-tidaknya uang. Mood baik jika banyak gangthau, tapi akan ngamuk jika uang menipis. Uring-uringan jika tidak ada uang, senyum-senyum jika banyak duit. Kasihan sekali bahwa manusia hidupnya diombang-ambingkan dan disetir oleh rupiah, dolar, saldo account, lembaran warna-warni. Bodoh dan merana.

Nah, dari menjadi hamba uang, akhirnya merembet jadi pembual, sombong, melakukan segala macam cara untuk lebih lagi mengeruk uang sebanyak-banyaknya sampai tidak mempedulikan agama dan seterusnya dosa-dosa yang berkaitan dengan daging. Rentetan ini rupanya sudah ada sejak dahulu dan lebih lagi diprediksi akan datang di hari-hari akhir. Itu sebabnya tahun lalu, dalam pemuridan kami, saya mengambil thema KEMURAHAN. Kemurahan ini merupakan salah satu atribut Tuhan kita yang sangat menakjubkan. KEMURAHAN ADALAH KRISTUS SENDIRI. Jika kita mengambil pikiran dan perasaan Kristus, ini merupakan salah satu langkah yang menolong kita tidak terjerat ciri-ciri manusia akhir jaman. Dengan lebih memberi, kita belajar untuk mengasihi orang lain dan belajar menyangkal diri. Ini merupakan pelajaran seumur hidup jika kita sampai di level menyangkal diri dan memikul salib, menyerahkan nyawa untuk orang lain, mencukupkan diri dengan apa yang ada dan menerima berkat Tuhan dengan ucapan syukur. Sehingga uang tidak dapat menipu kita, hidup lebih memikirkan orang lain daripada diri sendiri.

Yudas yang telah mengikut Yesus dan melihat mujizat Sang Anak Allah selama 3,5 tahun saja masih bisa terjebak dengan cinta uang dan menyerahkan Gurunya karena cinta uang! Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan murid-murid Yesus dan Petrus sendiri yang akhirnya mengetahui bahwa rekannya menyerahkan Gurunya semata-mata hanya karena uang, dan sang Guru harus digantung di kayu salib! Jika kita tidak bergegas menjadi pelaku Kemurahan, maka kita mudah kalah terhadap jerat cinta akan uang dan bisa menjual siapa saja, orang-orang yang kita kasihi dan menjual diri sendiri kepada “sang raja mammon” itu. Saya dibesarkan di keluarga yang ngirit, sehingga awalnya sulit untuk berpraktek mengasihi orang lain seperti diriku sendiri. Tetapi dengan menghafalkan ayat dalam Filipi 2, tentang mengosongkan diri dan mengambil rupa seperti Yesus, sepikiran dan seperasaan dengan Dia, membuat goal untuk bermurah hati, maka dari tahun demi tahun saya menyerahkan apa yang ada dan terus makin murah hati total-totalan apa yang ada. Dengan melakukan itu, saya bukannya malah habis, tetapi makin diberkati.

Rupanya murah hati seperti Yesus bukannya hilang tetapi untung. Prinsipnya akhirnya berhubungan dengan menabur-menuai. Menyerahkan nyawa, mendapatkannya. Memberi, maka diberi. Yesus merendahkan diri, maka ditinggikan. Jadi tahulah saya bahwa jika saya ‘merugikan’ diri, saya mendapatkan keuntungan. Berkaitan dengan ayat-ayat di atas, jadinya orang yang belajar murah hati tidak akan masuk dalam ciri-ciri manusia akhir jaman dan tidak terjerat oleh berbagai-bagai perbuatan hawa nafsu. Karena pemicu hawa nafsu menurut topik di atas adalah cinta uang, jadi lawannya/penawarnya adalah Kemurahan.

Belajarlah bermurah hati sebab engkau telah beroleh kemurahan.