Kisah Rasul 6. Pada waktu jemaat mula-mula bertambah banyak mencapai ribuan bahkan puluhan ribu mungkin, rupanya pelayanan diakonia mereka agak keteteran. Maka mereka mulai mengusulkan untuk memilih 7 orang yang setia dan penuh Roh Kudus. Mereka ini diusulkan untuk melayani pelayanan meja, orang-orang miskin, janda-janda, kaum marginal. Pria perkasa disuruh pelayanan seperti itu? Ya, itu perhitungan manusia, rupanya logika manusia selalu berlawanan dengan kehendak Tuhan. “Orang hebat seperti saya kok disuruh jadi usher,” “…disuruh duduk ikut pemuridan setiap minggu,” “dikasih makan nasi uduk murah,” “disuruh ikut pelayanan bawa sound system,” “disuruh urus tiket pendeta.”

Mereka ini saksi pelayanan Yesus selama 3,5 tahun. Mereka penatua jemaat, soko guru, – bukannya diangkat jadi rasul muda kek, malah disuruh jadi tim hospitality kedapuran. Tetapi apa yang terjadi? Dengan cepat Tuhan malah memilih dua dari mereka untuk mengadakan KKR besar-besaran. Mereka yaitu Stefanus dan Filipus, dimana saja mereka diutus ternyata terjadi revival besar-besaran dan kuasa Tuhan dinyatakan lewat ‘tangan’ mereka.

Pelayanan kami mendidik orang-orang yang demikian, kami tidak memberikan mimbar setelah melihat karakter yang diubahkan, yang sudah rendah hati, yang malah sudah “melupakan” mimbar, mereka itulah yang siap diterjunkan. Jika Saudara ingat kisah Musa muda, dengan pendidikan tertinggi Mesir dan segala hikmat yang ia dapatkan di negeri metropolitan terbesar dan terjaya saat itu, dia merasa siap untuk menjadi penyelamat bangsanya. Tetapi kegagahan dan kemampuan diri sendiri hanyalah membuatnya lari terbirit-birit ke padang gurun menyembunyikan diri dari pedang Firaun. Jiwa muda kebanyakan anak generasi saat ini membuat mereka merasa matang, merasa pantas dan siap untuk berdiri dan mengajar. Ini adalah kesombongan. Saat anak-anak muda ini masuk dalam pelayanan kami, kami tolong mereka mulai dari bawah, sekalipun sudah jebolan sekolah teologia ternama, kami tidak peduli. Juga pendeta-pendeta besar pun yang duduk bersama kami kami ajak merendah. Sebab Tuhan merendahkan orang yang tinggi hati tetapi meninggikan mereka yang rendah.

Ada memang yang tidak tahan, tetapi sebagian besar tahan dan mereka menuai hasilnya. Mereka tidak pernah menyangka bahwa suatu hari mereka berdiri di hadapan para hamba-hamba Tuhan yang Tuhan bawa ke tempat training kami, KTC. Saya justru tahu bahwa inilah “gateway to the nations,” tetapi jalannya tidak semudah yang mereka awalnya pikirkan untuk langsung berdiri di mimbar, sekalipun sudah punya latar belakang yang oke. Kelihatannya hari-hari kami hanya mengerjakan “perkara-perkara kecil” dan nampak “membosankan,” tetapi justru dari hal kecil seperti itulah kami dibiasakan dalam melayani, sampai akhirnya dalam hal apapun kami jadi terbiasa dan tidak kaku. Tetapi orang yang tidak melewati pelayanan-pelayanan kecil secara konsisten jika diperhadapkan dengan hal besar akan sangat menggelikan berdiri di mimbar. Bicaranya hanyalah teori, dan jika ia duduk makan dan ‘melayani’ yang benar-benar melayani, mereka nampak canggung. Kita bisa menilai mereka dengan mudah apakah mereka sungguh-sungguh punya hati hamba atau boss.

Setiap kali saya melihat satu murid ini, hati saya selalu terharu – dia boss, dia punya banyak duit dan beberapa perusahaan. Tetapi setiap datang ke kelas seminggu sekali mulai dari awal beberapa tahun yang lalu, tidak pernah datang terlambat, selalu datang awal dan duduk sejajar dengan lainnya yang secara materi jomplang dibandingkannya. Dia makan makanan yang biasa saja yang kami sediakan, bukan steak atau lasagna, dia ikut semua acara kami yang mungkin bagi orang yang berduit tidak terlalu bermutu. Mau pakai kaos apapun, permainan apapun! Selalu YES SIR atau YES MA’AM, tanpa alasan, tidak pernah menolak pekerjaan apapun. Suatu kali Tuhan mengangkatnya dan dipercaya hal-hal yang luar biasa. Bagi saya ia mengagumkan dan masih terus saya kagumi 🙂

Saya tahu bahwa Tuhan menyukai jiwa yang demikian, seperti kita-kita sebagai manusia pun sangat terharu melihat jiwanya yang luar biasa. Bagaimana mungkin Tuhan akan pangku tangan melihat aset yang sedemikian indah? Stefanus dan Filipus adalah contoh luar biasa yang patut kita teladani, bukan acara heboh dan pelayanan di mimbar yang nonjol, tetapi hati hamba, kesiapan dalam mengerjakan apa saja yang disuruh, dan alhasil orang yang tidak milih-milih kerjaan, orang yang rendah hati ditinggikan dan dipercaya dengan KUASA yang besar untuk mewakili Tuhan.

Kesimpulannya kemudian kita mengerti bahwa orang dengan ciri-ciri rendah hati dan mau melakukan apa saja tanpa komplen adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus, sebaliknya orang yang mau melakukan kehendaknya sendiri adalah dipenuhi dengan roh kedagingan. Biarlah kita sama-sama berseru kembali: “Not my will, Lord, but Thine be done.”