Ulangan 31:27, 29
Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati. Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu.”

 

Jika Saudara membaca tulisan Musa mengenai bangsa Israel ini, apakah Musa berpikiran negatif? Apakah dia sudah reserve di dalam hatinya mengenai kedegilan bangsa itu yang seolah tidak bisa berubah? Apakah tidak ada kesempatan untuk orang yang degil dan tegar tengkuk untuk di kemudian hari sadar dan benar-benar berubah? Musa siap mati, tetapi mengapa yang diingat kedegilan dan mengapa ia tidak punya optimisme untuk perubahan bangsa itu?

Apakah Saudara pernah melihat orang yang degil dan tidak berubah-ubah tingkah lakunya? Apa yang membuat Saudara berpikir bahwa orang itu selamanya tidak akan berubah? Bukankah menyedihkan, baik bagi orang tersebut maupun untuk kita sendiri yang terbatas. Tapi kalau nyatanya bertahun-tahun memang dengan berbagai cara tidak ada perubahan, bagaimana? Atau jangan-jangan kita sendiri sesungguhnya yang termasuk bagian dari kedegilan yang sulit berubah? Jangan-jangan orang lain juga capek melihat kesalahan yang berulang kali kita lakukan? Apakah kebodohan? Kesombongan? Kedegilan/bebal? Ketidakpedulian/acuh/suka-suka sendiri? Atau memang ketidakmengertian untuk menolong diri?

Kita mungkin mempelajari sikap masing-masing orang dan kurang memperhatikan diri sendiri bahwa kita menjadi batu sandungan karena kedegilan sikap kita. Banyak orang tidak menyadari dirinya sendiri karena ia terlalu memikirkan dan menggunakan telunjuknya ke arah orang lain, sehingga lupa bahwa dirinyalah yang pertama memerlukan rescue. Kebanyakan dikarenakan sikap sombong dan pembenaran diri sendirilah yang menyebabkan orang tidak menolong diri sendiri dulu tetapi memberondong orang lain dengan berbagai kritik dan kemarahan. Marilah kita mempelajari berbagai tipe kedegilan/kesombongan/kebodohan, dll, dan penanggulangannya.

  1. Ada orang yang degil karena latar belakang didikan dan lingkungan. Hal ini membentuk orang tersebut sehingga memiliki pandangan sempit dan keterbiasaan yang dibawanya dari lingkungan dan masa lalu pendidikan dimana dia berada. Ini agak sulit untuk berubah, atau bisa berubah dalam jangka waktu yang lama karena seolah tembok sudah dibangun berlapis-lapis selama harian dlaam waktu bertahun-tahun. Untuk merontokkan pikirannya yang sempit, ia harus melawan diri dan tidak boleh mengetengahkan/mengemukakan/mempertahankan “biasanya aku…” “pikirku, soalnya….” Bawaan masa lalu sangat mempersempit pikiran untuk membuka wawasan terhadap masukan orang lain/hal-hal yang baru. Jika dia (orang dengan tipe ini) tidak sombong tetapi mau rendah hati belajar, maka ia dengan mudah akan menambah wawasannya.
    -Orang demikian bagus jika ditempatkan di satu lingkungan yang benar-benar berbeda dan mulai dari nol. Supaya mau tidak mau dia harus belajar dan tunduk terhadap sistem baru, sehingga dia dibangun dari dasar lagi, di situ dia akan mendobrak bawaan lamanya dan perlahan akan ditolong cara pikirnya.
  2. Ada tipe orang degil dll itu yang mudah ditolong karena ia sungguh rendah hati dan mau belajar, walaupun tetap saja bawaan sifat dasar manusia tidaklah terlalu mudah untuk dengan rendah hati menerima pandangan orang lain, tetapi masih banyak yang mau belajar walaupun kadang dengan sedikit sisa kesombongan. Ia akan tersandung-sandung, tapi karena sudah menamengi hati dengan “saya mau belajar apapun harganya” agaknya tidak terlalu sulit untuk orang ini cepat berubah saat menerima masukan. Jadi, ia tidak terhitung dalam kumpulan degil.
  3. Degil ada yang bisa berubah dengan berjalannya waktu, seperti proses anak bertumbuh, dalam ketidakmengertian sampai akhirnya sadar dengan sendirinya karena ia pengamat dan mau berubah. Oleh sebab itu kita tidak bisa labeling orang sebelum kita memberikan beberapa waktu lamanya untuk dibimbing dalam kasih dan melihat perkembangannya berubah karena hatinya memang rindu untuk berubah.
  4. Lainnya adalah tipe degil, keras hati, self-righteous. Ini yang Musa katakan dalam persiapan kematiannya. Sungguh sulit bagi orang demikian untuk berubah, karena berulang kali tetap saja degil, walaupun sudah diperhadapkan dengan banyaknya peristiwa, hukuman, teguran, kemalangan, masih saja ia berbuat jahat terhadap pemimpin dan di hadapan Tuhan. Apakah tidak ada jalan keluar? Ada! Tuhan yang maha baik selalu ingin anak-anak-Nya berbalik, tetapi karena sulit baginya untuk menerima kata-kata biasa, lembut dan teguran, maka Tuhan kerap kali menggunakan hajaran. Ingat, bapa mana yang tidak menghajar anaknya? Sebab anak yang tidak dihajar jadi anak gampangan. Walaupun ada pengajaran yang tidak suka dengan hal ini dan berpikir bahwa tidak mungkin Bapa menghajar jika Ia penyayang. Israel harus dihajar untuk diserahkan kepada bangsa-bangsa lain – dengan diperbudak, dikalahkan, ditawan, disesah, dll, mereka akan bertobat dan berseru kepada Tuhan serta berbalik dari jalan-jalannya yang jahat.

Kadang orang berdosa tidak mengerti bahwa dosa itu mendatangkan maut, sampai Tuhan harus menghajar dengan membuka aib, atau lewat tabrakan, lewat pencurian, kehilangan, penghancuran, penyakit, sampai kematian, agar orang tersebut bangun dari ketiduran panjangnya yang berpikir bahwa hidup dalam dosa tanpa halangan. Ini merupakan suatu kasih karunia Tuhan untuk pertobatan. Kita sering melihat bahwa orang sekeras apapun jika sampai ‘dihancurkan’ seperti itu, ia akan melemah – baik di rumah sakit, baik di media, baik di pengadilan, baik saat tidak memiliki apa-apa lagi karena hilang, atau hutang, atau hancur. Itulah awal perubahan, karena hatinya harus dihancurkan lewat peristiwa, jika tidak bisa lewat nasihat halus dan kata-kata Firman yang datang setiap saat.

Musa sudah tahu kedegilan bangsa Israel, sehingga dia bukan karena negatif atau pesimis melihat masa depan mereka, tetapi karena sudah berulang kali mereka berulah dengan cara yang sama, maka Musa tidak dapat lagi berkata-kata selain peringatan yang keras bahwa malapetaka dan kutuk akan datang menimpa mereka. Kutuk yang tertulis dalam pasal-pasal sebelumnya sangat mengerikan, tetapi nasihat mengenai kutuk tidaklah akan mempan bagi orang degil sebelum ia mengalaminya sendiri dan terpuruk di dalamnya.

 

Ulangan 32:22-25
Sebab api telah dinyalakan oleh murka-Ku, dan bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati yang paling bawah; api itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung.
Aku akan menimbun malapetaka ke atas mereka, seluruh anak panah-Ku akan Kutembakkan kepada mereka.
Apabila mereka sudah lemas karena lapar dan merana oleh demam yang membara, dan oleh penyakit sampar, maka Aku akan melepaskan taring binatang buas kepada mereka, dengan racun binatang yang menjalar di dalam debu.
Pedang di luar rumah dan kengerian di dalam kamar akan melenyapkan teruna maupun dara, anak menyusu serta orang ubanan.

Itu sebabnya, sangat baik untuk sesekali kita belajar dari sisi negatif untuk menghindarinya, agar kita berpengertian bagaimana sesungguhnya kedegilan bisa menimpakan hal yang sangat buruk bagi kita meskipun sebagai anak Tuhan kita recite hafalan Mazmur 91 dan berpegang pada janji-janjiNya. Kita tetap harus jadi pelaku, kita tetap harus memperbaharui akal budi setiap hari dengan berubah makin seperti Yesus.

Ada seorang Kristen taat yang suatu kali karena ingin cepat kaya, maka sinyal ini ditangkap iblis dan iblis mengirim utusannya untuk penggandaan uang dalam waktu cepat. Herannya orang ini menurut, ia pinjam sana sini, sampai 1M. Waktu diserahkan kepada orang itu, dijanjikan bahwa nanti 2 bulan lagi uang baru bisa cair, dan terus saja orang itu meminta karena ada surat yang belum selesai, karena alasan ini dan itu. Anak Tuhan ini masih saja bilang bahwa tidak mungkin orang benar dibiarkan Tuhan jatuh dipermainkan atau dibohongi, dia tetap percaya bahwa dia akan mendapatkan uang itu kembali dengan segala bunga kelimpahannya, jadi dia pegang janji Tuhan walaupun sekarang sudah keteteran dan masih pinjam lagi walaupun harus bayar cicilan hutang dan tidak bisa belikan anak sepatu baru sebagai ganti yang sudah menganga bagian depannya.

Kejadian ini sudah banyak menimpa dimana-mana, baik orang yang cepat mau kaya maupun orang yang cepat mau kawin. Mereka berpikir bahwa Tuhan melindungi walaupun apapun juga tingkahnya. Ini berlawanan dengan hukum… Tuhan tetap melindungi tetapi kita harus ada dalam jalur yang tepat. Jika tidak tepat, perlindungan Tuhan mungkin masih ada tetapi kita harus belajar keluar dari kedegilan, agar rendah hati dan jadi baik dalam prosesnya.

All in all, semua orang yang “mau” berubah pasti bisa berubah, walaupun ‘tidak semua orang’ bisa berubah. Perkataan Musa mewakili orang-orang yang sulit untuk berubah yang harus melewati proses penghancuran diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, seperti kebanyakan anak Tuhan yang harus diserahkan kepada “evangelist-evangelist” yang datang dalam rupa pencurian, penyakit, kehancuran, dsb. Tetapi ada janji yang baik, saat kita mau berubah, Tuhan akan pulihkan.

Ulangan 32:39
Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.