Pembaca setia, para suami isteri yang dikasihi Tuhan, Saudara sedang dibersihkan lewat Firman Kebenaran selama beberapa minggu berturut-turut saat membaca, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan. Suatu perubahan dibutuhkan USAHA, dibutuhkan KEBERANIAN MELANGKAH, dibutuhkan KESAKITAN (HATI, PERASAAN), PENGORBANAN (untuk menyerahkan hak-hak). Dan perubahan akan sedikit lucu dan aneh, sebab menyangkut perubahan beberapa tabiat dan perkataan/tindakan yang berbeda dari yang sebelumnya. Tetapi tetap lakukanlah, sekalipun ada yang menertawakan, mencemooh, menganggapnya tidak lucu dan miring. Tak apa, Saudaralah yang bertanggungjawab kepada Tuhan untuk perubahan hidup untuk menjadi SEPERTI YESUS. Cemoohan atau sindiran orang lain, keluarga, anak-anak, pasangan HANYALAH TANTANGAN DAN BISA JADI ALAT IBLIS UNTUK MELEMAHKAN agar Saudara tidak menjadi seperti Kristus. Bukankah iblis akan memakai segala cara untuk mengembalikan Saudara kepada posisi sepertinya daripada seperti yang telah ditinggalkannya? Tentu saja ia ingin merebut Saudara kembali jadi ‘gang‘ dan antek-anteknya. Itu sebabnya, kuatkan hati, berubahlah, bertumbuhlah ke arah Kristus.

Kali ini mari kita bahas mengenai PERAN SUAMI. Saya tidak bisa membahas lebih dalam daripada yang saya baca atau selidiki atau common sense, karena saya tidak memakai otak pria dan tidak pernah jadi pria, sehingga jika ada pria-pria yang mau membantu, dapat memberikan masukannya.
Bahasan kita adalah mengenai Abraham.

Waktu Abram dan Sara diberi good news Sorga bahwa mereka akan melahirkan anak tahun depan, mereka berdua yang merasa tua ketawa dalam hati. Apakah gue setua ini masih bisa ‘on’? Kenapa kami-kami yang udah impotent (tidak potent/mampu) harus melahirkan…. Ada keganjilan dan dua sisi coin yang berbeda yang saya amati dari pernyataan mereka.
1. Padahal di umur 90 ini Sara masih diambil raja Abimelekh karena kecantikannya, berarti wajah dan badannya tidak keriput tapi nampak nona-nona sekitar 30 tahunan. Tapi keduanya merasa tua dan impotent. (Ini faktor kemunduran pikiran dan degradasi perasaan yang mengakibatkan kepercayaan dan melahirkan ketidakmampuan.)
2. Dulu saya pernah membahas mengenai keanehan pikiran mereka berdua ini. Nyatanya pada waktu Sara mati, Abraham kawin lagi dan punya 6 anak lagi dari isterinya yang masih muda, Ms. Ketura. Jadi pikiran Sara dan Abram di usia 90 dan 100 ini hanya dikarenakan mereka saling degradasi dalam perasaan dan pikiran.

Perlu diketahui jika Saudara tidak hafal kisahnya, sebelum peristiwa Sara diambil raja Abimelekh ini, Tuhan menampakkan Diri dan berkata kepada mereka bahwa tahun depan mereka akan dikaruniai anak, yaitu Ishak. Lalu Abraham pindah ke Gerar dan di situlah para punggawa raja itu melihat Sara dan memuji-muji kecantikannya, maka diambillah Sara untuk diperisteri oleh Abimelekh. Pada saat Sara sudah ada dalam istana, belum dijamah raja, Tuhan mendatangkan bencana di istananya, lalu singkatnya Abraham dipanggil dan diminta mempertanggungjawabkan perkatannya. Di sinilah awal ceritanya dan pembahasan kita mengenai Peran Suami.

Kejadian 20:9-12

Kemudian Abimelekh memanggil Abraham dan berkata kepadanya: “Perbuatan apakah yang kaulakukan ini terhadap kami, dan kesalahan apakah yang kulakukan terhadap engkau, sehingga engkau mendatangkan dosa besar atas diriku dan kerajaanku? Engkau telah berbuat hal-hal yang tidak patut kepadaku.”
Lagi kata Abimelekh kepada Abraham: “Apakah maksudmu, maka engkau melakukan hal ini?”
Lalu Abraham berkata: “Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku.
Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku.



Abraham membela diri dengan membeberkan kebenaran tetapi yang tadinya disodorkan hanya setengahnya bahwa Sara itu saudaranya, tetapi ia menutupi kenyataan terakhir dalam ucapannya “tetapi kemudian ia menjadi isteriku,” hal yang SANGAT AMAT PENTING INI. Mengapa? Ia cari aman, cari untung, sampai rela mengorbankan apapun bahkan isterinya demi keselamatan dirinya sendiri – tindakan yang sangat egois.

Kalau apa yang dilakukan Sara supaya “Abram mendengarkan perkataan isterinya” dalam bahasan kita minggu lalu menimbulkan dampak yang begitu besar sampai bangsa-bangsa bangkit melawan bangsa dan kebencian ada dimana-mana, kita tidak sering membahas atau melihat hukuman apakah yang terjadi akibat dari apa yang dilakukan Abraham ini dalam mengatakan 50% kebenaran. Dampaknya adalah hampir seluruh pria di dunia dipastikan telah melakukan hal yang sama, baik dalam berbisnis, dalam pelayanan, dalam perkataan/hubungan dengan isterinya, dilakukan dengan 50% kebenaran. Demi apa? Cari aman, cari untung, egois, rela orang lain rugi demi dirinya!

ALASAN yang dipakai adalah: AKU BERPIKIR.
Jika seandainya para suami/pria belajar dari kesalahan fatal ini, marilah kita mengesampingkan “pikiran” kita dan mempercayai Tuhan sepenuhnya. Hidup dalam penyerahan sangatlah indah, agar Tuhan yang memikirkan jalan keluarnya jika kita ‘tidak berpikir.’ Abraham berpikir takut akan Tuhan tidak ada di negeri itu, sedangkan ia luput dari kategori TAKUT AKAN TUHAN itu sendiri dengan menjual isterinya kepada raja asing.
*Jadi camkanlah bahwa jika kita “berpikir,” justru kita tidak takut Tuhan! Karena takut akan Tuhan tidak perlu membantu Tuhan dengan berpikir. Just surrender. Ini teraplikasi dalam pekerjaan, dalam pelayanan, dalam semua segi kehidupan.

Camkan kata-kata Abimelekh: “sehingga engkau mendatangkan dosa besar atas diriku dan kerajaanku?” Abraham tidak menyadari bahwa setengah kebenaran yang ia lakukan untuk menguntungkannya sangatlah menimbulkan dosa besar terhadap dirinya dan kerajaan’nya’ orang itu. Dosa besar, entahlah apa maksudnya dalam aplikasinya, saya tidak ingin menyelidiki jauh dari bahasa aslinya atau interpretasi para ahli, namun orang asing yang tak kenal Tuhan ini pun mengerti arti dosa, bahkan ia tahu betapa besarnya dosa itu sehingga ia dan seisi istananya gentar. Dia tahu bahwa ngawinin isteri orang merupakan dosa besar, tapi Abraham bahkan tidak mikir bahwa isterinya dikawinin orang merupakan dosa. Ironis!

Abraham mengulangi kesalahan yang sama dengan tidak mempercayai penyertaan Tuhan sepenuhnya. Ia berdalih, ia berbohong, ia meresikokan seorang isteri yang baru saja diberi janji besar bahwa dari Sarailah akan diturunkan bangsa-bangsa dan raja-raja dunia. Belum hitungan bulanan, sebab perut Sarai belum buncit. Betapa maha bahayanya jika Tuhan tidak campur tangan dalam hal ini. Betapa cilakanya Abraham jika Tuhan membiarkannya bertanggungjawab akan kelicikan hatinya dan membiarkan Sarai hamil dari orang asing itu (yang mana sangat bisa jadi, hanya saja Tuhan tidak memperkenankan.)

Dampak awal yang kita tahu terulang lagi adalah Ishak mengcopy kesalahan bapanya ini seolah dia tidak punya ide bohong lainnya, saat isterinya juga dilirik raja lain dan dia mengatakan persis seperti kata bapanya. Dan memang mereka saudaraan, tetapi yang embel-embel di belakang tadi “tetapi kemudian ia menjadi isteriku” tidak diberitahukan. Jadi tahulah kita bahwa dosa Abraham sudah merembet ke keturunan pria dan suami-suami di seluruh dunia yang dampaknya sangat mengerikan seperti yang dikatakan lewat Abimelekh yaitu DOSA BESAR.

Ternyata orang yang dipikir Abraham tidak takut Tuhan itu tahu ada dosa besar jika ia melanggar KESUCIAN isteri orang lain. Di ayat-ayat terakhir dari kisah mengharukan (bagi Abimelekh raja asing itu) kita lihat hati orang ini yang lembut, penuh kasih dan tanggungjawab serta takut Tuhan:
Kejadian 20:14-18 (TB)

Kemudian Abimelekh mengambil kambing domba dan lembu sapi, hamba laki-laki dan perempuan, lalu memberikan semuanya itu kepada Abraham; Sara, isteri Abraham, juga dikembalikannya kepadanya.
Dan Abimelekh berkata: “Negeriku ini terbuka untuk engkau; menetaplah, di mana engkau suka.”
Lalu katanya kepada Sara: “Telah kuberikan kepada saudaramu seribu syikal perak, itulah bukti kesucianmu bagi semua orang yang bersama-sama dengan engkau. Maka dalam segala hal engkau dibenarkan.”
Lalu Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan isterinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan anak.
Sebab tadinya TUHAN telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh karena Sara, isteri Abraham itu.

 

-Saya tidak tahu seberapa sadarkah para pria dalam menjaga dirinya di hadapan Tuhan dan para saksi awan dan manusia di dunia untuk menjaga kebenaran 100% tidak peduli apapun resikonya? Tanpa harus mengupayakan untuk menyelamatkan mukanya, kekayaannya, dirinya, keluarganya, nyawanya, dan orang lain?
-Saya tidak tahu seberapa banyaknya pria Tuhan masih menggunakan ‘pikirannya’ untuk menyelamatkan nyawanya dan menjual keluarganya. Jika hal ini tidak diGOLkan dan dibuat ranjau dalam hidup, maka sangatlah mudah untuk jatuh ke lubang yang sama. Suami-suami pulang dari ‘mengembara’ dan ketika ditanya isterinya dari mana, ia menjawab 50%, dari ketemu orang, rapat terus makan. Yang mampir ke tempat lainnya tidak dikabarkan sebab dia berpikir pastilah isterinya akan marah, cemburu, sakit hati, mati.
-Yang tidak diketahuinya adalah selain ia mentransferkan dosa yang sama kepada anak-anaknya, ia menaruh dosa yang besar kepada orang lain, dan ia harus menuai buahnya di kemudian hari.

Suami-suami, bertobatlah dari jalan-jalan yang jahat, hati yang licik, pikiran yang tidak kudus, penuh tipu daya, rupa-rupa kepalsuan. Jadilah murni, jadilah seperti Yesus. Turunkan berkat kepada keluargamu dengan cara hidup kudus. Tuhan Yesus memberkati.