Kehendak Tuhan dan jalan Tuhan kebanyakan berbeda dengan cara atau jalan kita. Kita maunya enaknya, gak mau repot, semuanya disediakan di depan mata, mendapatkan jawaban seketika. Namun saya memperhatikan bahwa untuk bertemu dengan kehendak dan jawaban Tuhan dibutuhkan KERENDAHAN HATI dalam proses menerimanya. Di bawah ini ada kisah proses Saul diangkat menjadi raja.

Kisahnya bertubi-tubi membutuhkan kerendahan hatinya, yang jika ditemui di awal kisah, Saul sangatlah rendah hati dan mau mendengarkan mereka semua, walau ternyata oh ternyata,… itu nanti kita akan pelajari nantinya. Tapi mari Saudara membaca perlahan bagaimana:

1) Ayah Saul yang bernama Kish itu menyuruhnya mencari keledai-keledai yang hilang. Bukankah Kish seorang berada, kenapa tidak menyuruh bujang-bujangnya saja, kenapa menyuruh Saul yang sudah dewasa dan berkeluarga? Tetapi Saul tidak menolak, dan di sanalah letak jawabannya, karena Tuhan sedang menuntunnya untuk bertemu dengan kehendak-Nya.

2) Mereka berjalan sudah sangat jauh, masih tidak menemukan keledai ayahnya, tetapi bujangnya memberi info yang sangat akurat untuk berjalan sedikit lagi karena di sana ada orang hebat – dan Saul nurut. Dan di sanalah Saul akan bertemu dengan kehendak Tuhan, tetapi harus “nurut” sama seorang bujang!

3) Saul gak bawa roti dan gift atau uang sebagai ucapan terimakasih, anehnya bujangnya malah membawa uang dan gak itungan lagi, demi kepentingan tuannya! Saul nurut lagi! Let’s explore the amazing story.

1 Samuel 9:1-8, 11-20 

Ada seorang dari daerah Benyamin, namanya Kish bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah, seorang suku Benyamin, seorang yang berada.
Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.
Kish, ayah Saul itu, kehilangan keledai-keledai betinanya. Sebab itu berkatalah Kish kepada Saul, anaknya: “Ambillah salah seorang bujang, bersiaplah dan pergilah mencari keledai-keledai itu.”
Lalu mereka berjalan melalui pegunungan Efraim; juga mereka berjalan melalui tanah Salisa, tetapi tidak menemuinya. Kemudian mereka berjalan melalui tanah Sahalim, tetapi keledai-keledai itu tidak ada; kemudian mereka berjalan melalui tanah Benyamin, tetapi tidak menemuinya.
Ketika mereka sampai ke tanah Zuf, berkatalah Saul kepada bujangnya yang bersama-sama dengan dia: “Mari, kita pulang. Nanti ayahku tidak lagi memikirkan keledai-keledai itu, tetapi kuatir mengenai kita.”
Tetapi orang ini berkata kepadanya: “Tunggu, di kota ini ada seorang abdi Allah, seorang yang terhormat; segala yang dikatakannya pasti terjadi. Marilah kita pergi ke sana sekarang juga, mungkin ia dapat memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang kita tempuh ini.”
Jawab Saul kepada bujangnya itu: “Tetapi kalau kita pergi, apakah yang kita bawa kepada orang itu? Sebab roti di kantong kita telah habis, dan tidak ada pemberian untuk dibawa kepada abdi Allah itu. Apakah yang ada pada kita?”
Jawab bujang itu pula kepada Saul: “Masih ada padaku seperempat syikal perak; itu dapat aku berikan kepada abdi Allah itu, maka ia akan memberitahukan kepada kita tentang perjalanan kita.”
Ketika mereka naik jalan pendakian ke kota itu, mereka bertemu dengan gadis-gadis yang keluar hendak menimba air. Mereka bertanya kepada gadis-gadis itu: “Pelihat ada di sini?”
Jawab gadis-gadis itu kepada mereka: “Ya, ada, baru saja ia mendahului kamu, cepat-cepatlah sekarang. Ia datang ke kota hari ini, karena ada perjamuan korban untuk orang banyak di bukit pada hari ini.
Apabila kamu masuk ke kota, kamu akan segera menjumpainya, sebelum ia naik ke bukit untuk makan. Sebab orang banyak tidak akan makan, sebelum ia datang; karena dialah yang memberkati korban, kemudian barulah para undangan makan. Pergilah sekarang, sebab kamu akan menjumpainya dengan segera.”
Maka naiklah mereka ke kota, dan ketika mereka masuk kota, Samuel yang berjalan keluar untuk naik ke bukit, berpapasan dengan mereka.
Tetapi TUHAN telah menyatakan kepada Samuel, sehari sebelum kedatangan Saul, demikian:
“Besok kira-kira waktu ini Aku akan menyuruh kepadamu seorang laki-laki dari tanah Benyamin; engkau akan mengurapi dia menjadi raja atas umat-Ku Israel dan ia akan menyelamatkan umat-Ku dari tangan orang Filistin. Sebab Aku telah memperhatikan sengsara umat-Ku itu, karena teriakannya telah sampai kepada-Ku.”
Ketika Samuel melihat Saul, maka berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Inilah orang yang Kusebutkan kepadamu itu; orang ini akan memegang tampuk pemerintahan atas umat-Ku.”
Dalam pada itu Saul, datang mendekati Samuel di tengah pintu gerbang dan berkata: “Maaf, di mana rumah pelihat itu?”
Jawab Samuel kepada Saul, katanya: “Akulah pelihat itu. Naiklah mendahului aku ke bukit. Hari ini kamu makan bersama-sama dengan daku; besok pagi aku membiarkan engkau pergi dan aku akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ada dalam hatimu.
Adapun keledai-keledaimu, yang telah hilang tiga hari lamanya sampai sekarang, janganlah engkau kuatir, sebab telah diketemukan. Tetapi siapakah yang memiliki segala yang diingini orang Israel? Bukankah itu ada padamu dan pada seluruh kaum keluargamu?”

 

Dari kisah tersebut kita melihat rentetan “jalur” Tuhan bagi Saul untuk menemui kehendak Tuhan – tetapi lewat kesulitan. Dia harus disuruh pergi gak tentu arahnya, cari keledai hilang! Jalan jarak jauh, kepanasan, harus melepaskan urusannya sendiri dan harus tunduk kepada urusan orang tua yang baginya tidak berarti, tetapi itulah proses menjadi raja –> kerendahan hati! Kita seringkali ngomel jika diberi pekerjaan yang ‘tidak menghasilkan’ apapun untuk kepentingan uang, kepentingan keluarga sendiri, kepentingan self! Kita maunya melulu untukku dan untukku, yang mana sikap hati egois seperti ini selalu, let me tell you, selalu tidak ada nilainya! Justru menolong orang lainlah, melakukan yang nampaknya tidak berartilah, membuang sesuatu yang kelihatan sangat berartilah seperti waktu berharga kita, itulah yang seringkali menuntun kita kepada kehendak Tuhan!

Dalam pelayanan, banyak kali yang nampaknya tidak ‘menguntungkan’ sayalah yang malah saya diuntungkan. Yang nampaknya tidak menghasilkanlah yang malah memberikan hasil! Yang tidak diharapkanlah, yang malah memberikan harapan! Justru di saat saya kecapaian dan gak dapet imbalanlah, saya diberkati dengan jalan lain. That’s God’s way! Berkat, imbalan, pengertian, pengalaman baru, pengangkatan, kemuliaan, kebaikan-kebaikan, datangnya hanya dari Tuhan.

Perjalanan Saul sangat mengagumkan, bagaimana Tuhan merancang keledai-keledai ayahnya untuk melarikan diri tunggang langgang, agar Saul bisa “disuruh” rendah hati sebelum bertemu sang Pelihat yang membawa mujur kisah hidupnya to be the first man in Israel!

Bagaimana sikap Saudara saat “disuruh” melakukan hal-hal yang ecek-ecek, tidak menguntungkan, tidak menghasilkan duit, buang-buang waktu, dan gak ada hubungannya dengan masa depan? Jika selama ini patokannya duit, mungkin di situlah letak kekeliruan belum bertemu dengan kehendak Tuhan, karena jalan Tuhan sangatlah berbeda dengan pikiran manusia. Let’s start doing what we don’t like to do and accept them with a grateful heart. Who knows you will become the first lady? the first person in the entire city, in the business, in the church, or everywhere else! Humility is the key to get there.