Saat Daud menuliskan Mazmur 23, dia tau benar arti gembala dan kawanan domba, sebab dia pernah menjadi gembala domba. Dari kisah dan penuturannya di hadapan raja Saul, si anak muda yang siap membantai raksasa itu berkata bahwa ia membela domba-dombanya saat ada beruang dan singa yang hendak menerkam. Ia tarik rambutnya, pegang jenggotnya, robek mulutnya, bantai kepalanya, dsb. Ia pembela sejati, ia pejuang, maka itu dia yang gembala domba saja begitu sayang kepada anak-anak dombanya, apa lagi Tuhan pasti pe sayang kita. Mari telusuri tulisan Daud dengan pendekatan mata yang berbeda;

Mazmur 23:1-6 (TB) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Persiapan Daud untuk menjadi orang luar biasa nomer 1 di Israel adalah dengan tanggung jawab yang sangat bisa diperhitungkan. Dia berani menyerahkan nyawa! Hal kecil yang sangat besar, terjadi di tempat tersembunyi. Kalau pun meninggalkan 1-2 domba demi melarikan diri dari beruang yang setinggi 2 meter jika berdiri, saya rasa Isai ayahnya tidak akan keberatan dan tidak mungkin marah. Tapi itu tidak terjadi kepada Daud, ia ‘mati-matian’ – kali ini ungkapan mati memang pada tempatnya, bukan seperti kebanyakan orang bilang,…”eh macetnya setengah mati,…kerja udah mati-matian…” padahal belum apa-apa dibanding dengan perbuatan menyerahkan nyawa. Makanya sulit jika menghadapi peristiwa yang menuntut penyerahan nyawa itu terjadi. Tapi Daud benar-benar berani mati ‘hanya’ untuk seekor domba. Saya selalu mengutip Firman dan meyakini bahwa jika kita bisa bertanggung jawab dengan hal kecil, maka Tuhan mempercayakan hal besar. Jika baru dikasih pinjam motor tidak pernah diurus, dicuci dan dirawat, maka Tuhan tidak akan mempercayakan mobil. Jika disuruh sama bos masih banyak sungutannya, maka Tuhan belum akan mempercayakan kantor dan bisnis pribadi.

Daud memperhatikan dan berani mati bagi domba kecilnya, itu sebabnya dia dipercaya bangsa yang besar, kerajaan, umat, dan pemerintahan kekal pada masa yang akan datang. Daud tahu bagaimana menuntun domba-dombanya untuk mendapatkan air segar, untuk menyejukkan mereka dari terik matahari, untuk menggemukkan mereka. Daud menuntun mereka ke jalan yang pasti, sekalipun domba sifatnya bodoh tetapi Daud tidak misleading mereka. Daud bisa dipercaya oleh domba-dombanya; dombanya merasa tenang dalam tuntunannya, ada gada dan tongkat yang siap untuk melawan musuh yang datang. Di situlah Daud yakin akan pembelaan dan penyertaan Tuhan terhadap jalan hidupnya, jika sebagai manusia saja ia sudah mati-matian membela domba-domba, apalagi Tuhan yang punya kekuatan dan kemampuan dahsyat di luar kemampuan manusia, pastilah Ia menjagai dengan teliti. Kebajikan dan kemurahan belaka yang mengikuti – itu sebuah pernyataan kemengertian dari lubuk hati, karena pengalaman yang ia lalui. Dan, bukan itu saja, tetapi kerinduan Daud untuk bisa berdiam dalam rumah Tuhan sepanjang masa merupakan poin besar dari perjalanan kepercayaan hubungan seumpama domba-gembala ini.

Bagaimana tidak? Daud melalui hidupnya dengan bersandar sepenuhnya kepada Tuhan; meskipun dia sudah nyata-nyata menang dalam setiap peperangan, tetapi dia tidak akan maju sebelum bertanya kepada Tuhan. Tulisan-tulisan dalam mazmurnya menyatakan ungkapan hati bagaimana ia suka berdiam dengan Tuhan senantiasa. Ia tidak peduli diejek, dihina, tetapi ia menangis dan mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan. Ia kekasih hati Tuhan, ia dekat dengan hati Tuhan.

Ini kekaguman saya dan dari tahun ke tahun saya belajar untuk bersandar di dada Tuhan. Saya tidak punya domba, tapi ada ‘domba kecil’ yang suka nempel di kaki saya yang saya bisa belajar daripadanya, sebagaimana Daud belajar dari domba-dombanya dan pemeliharaan dan perlindungan yang ia berikan kepada mereka. Joy diberikan Tuhan kepada saya untuk saya banyak belajar dari padanya selama bertahun-tahun. Saya sudah pernah menulis tentang Joy beberapa kali di FMH bertahun-tahun yang lalu, sampai tante Atha berkata bahwa Joy sudah mengajar bangsa-bangsa 🙂

Joy ini seperti anak raja, tidak peduli dia baru pee atau poop, masih ada sisa air di mumunya atau sisa lengket bau poop di bawah ekornya, kalau dia mau minta naik ke ranjang saya, dia cuman tinggal kasih sign auh auh agak manja nada nangis gitu, saya akan angkat dia naik. Dia akan memilih bagian yang terbaik di kasur, dia akan cari selimut yang halus dan nyaman untuknya meringkuk. Kalau saya bergerak sedikit dari bantal, dia langsung akan tidur di bantal saya! Anak sekecil itu pakai bantal mamanya, she just don’t care and enjoy what she thinks her right. Saya hanya membiarkannya menikmati ‘kemewahan’ itu, karena saya juga sayang kepadanya.

Saya berpikir bahwa jika kita dekat-dekat dengan Tuhan, suka duduk-duduk di kaki Tuhan, maka apapun yang kita butuhkan Dia berikan jika itu sesuai dengan kehendak-Nya. He will give us our rights to finish the course.

Apakah Saudara pernah berpikir bagaimana Raja Daud bisa begitu mencintai Tuhannya, mempercayai penuh sebagai benteng, perlindungan, perisai, kubu, menara, gembala…. sedangkan kakak-kakaknya tidak? Apakah Saudara pernah bertanya-tanya dari mana pelajaran itu didapatnya, sedangkan orang lain seperti Saul mengabaikan hukum dan Tuhannya? Mengapa bangsa Israel dan keluarga-keluarga bisa berbeda seperti jaman kita? Bahkan satu rumah dari antara saudara-saudara bisa berbeda cara penangkapan dan aplikasi Firman? Bagi saya ini mengherankan, Daud mengagumkan dan menarik hati saya. Walaupun, jangan sebutlah soal dosanya, yang adalah seperti kita-kita ini, tapi kebaikan hatinya, integritasnya, cara hidupnya, pandangnya dan seabrek sisi positifnya jauh lebih banyak dibanding dosa itik yang dilakukannya – hmm well,…manusiawi. (Saya tidak bilang bahwa karena kita manusia, maka diperbolehkan untuk bermanusiawi atas dasar ituh, no!)

Kisah Para Rasul 13:22 (TB) Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.

Membaca tulisannya, jurnalnya, kita mengetahui isi hatinya. Hari-harinya dia berseru kepada Tuhannya. Hari-hari tambatan hatinya adalah Tuhan. Pria menulis jurnal dan menangis dan curhat kepada Tuhan lewat jurnal? Daud detil, dalam keadaan perang, dalam keadaan terjepit dikejar musuh, dia menulis. Saat tertekan dia menyanyi dan menguatkan hati. Ini persiapan pemenuhan mencapai visi! Visinya tidak main-main, anak gembala menjadi raja, dari padang sampai istana – dia melewati hari-harinya dengan tulisan dan deraian airmata. Dia memimpin ratusan penjahat, penghutang, pencuri, perampok, tapi dia mendidik mereka untuk menjadi ‘seperti dia’ – menjadi pecinta Tuhan. Akhirnya kita melihat bagaimana dari seorang gembala domba kecil bisa melahirkan triwira dan pasukan-pasukan gagah perkasa pembunuh raksasa-raksasa. Dia memberikan teladan, dia menyingkirkan ketakutan, dia mengejar, melawan, menjambak janggut singa, memenggal kepala beruang, dia masuk hutan, masuk gua, dia pemberani! Semua anak buahnya diajar demikian, mereka mengikuti jejaknya, mereka pejuang yang pantang menyerah.

Ayat-ayat tulisan Daud ini merupakan isi hatinya yang ia tuangkan dalam tulisan:
Rendah hati – Mazmur 62:9
Hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin.

Hormat – Mazmur 18:3
Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku.

Penghargaan tertuju kepada Tuhan saja – Mazmur 31:9
Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku.

Kepercayaan – Mazmur 27:1
Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?

Kasih – Mazmur 18:1
Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, yakni Daud yang menyampaikan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN, pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari tangan Saul. (18:2) Ia berkata: “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!

Penyerahan –  Mazmur 4:7
Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur.

Pengakuan – Mazmur 9:1
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mut-Laben. Mazmur Daud. (9-2) Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;

Kesetiaan – Mazmur 23:6
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Penundukan diri – Mazmur 119:34
Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.

Pertobatan – Mazmur 25:11
Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu.

Masih banyak lagi tulisan-tulisan ungkapan isi hatinya. Di bawah ini sangat kental menunjukkan jiwanya, hatinya, dirinya, seluruhnya.

Mazmur 63:1-8 (TB)
Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda.
(63-2) Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.
(63-3) Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.
(63-4) Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
(63-5) Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
(63-6) Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.
(63-7) Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, —
(63-8) sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.
(63-9) Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku.

Pernyataan-pernyataan Daud ini merupakan butiran mutiara-mutiara besar yang menolong kita menapaki road map menuju kesuksesan panggilan masing-masing. Coba pikirkan seorang pria bisa begitu puitis, mencintai Tuhannya, jiwanya melekat, pada waktu malam memikirkan Tuhannya… bukan isteri-isterinya dan kekayaannya atau strategi perangnya. Bibirnya memuji Tuhan sepanjang umur hidupnya, jiwanya haus akan Tuhan senantiasa. Kira-kira dari sekian butir mutiara indah ini, manakah yang membutuhkan perhatian bagi Saudara untuk mengikuti jejaknya? Misalkan, dari kata-katanya bagaimana ia mencintai Tuhannya, mungkin Saudara berpikir mencintai Tuhan juga. Tapi seberapa besarnya/banyaknya perhatian cinta itu diberikan kepada Orang yang Saudara bilang cinta? Apakah lebih banyak dibanding buang waktu di gandget? Apakah lebih banyak dari nonton/baca acara yang sia-sia bin tidak berguna? Apakah menggebu? Jika tidak, marilah belajar terus mencintai, marilah digging hati, marilah mengejarnya. Inilah road map mencapai penggenapan visi yang sangat besar yang menggiringnya sampai menjadi raja Israel.

Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan,
Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku;
Engkau yang selalu kupuji-puji.
Bagi banyak orang aku seperti tanda ajaib,
karena Engkaulah tempat perlindunganku yang kuat.
Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu,
dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari.
Mazmur 71:5-8