Sejarah mengatakan bahwa kita harus belajar dari sejarah agar kesalahan tidak terulang. Saya memikirkan apa saja yang kena punishment Tuhan dengan tanpa tedeng aling-aling yang membutuhkan perhatian kita dan mengapa, supaya kita belajar dari sejarah agar tidak mengulanginya. Belajar dari sejarah dalam Alkitab, rupanya punishment berbeda-beda walaupun hakikatnya sama, tetapi kita perlu mempelajari hati Tuhan jika kita mau hidup menyenangkan hati-Nya. Di bawah ini sekelumit nama dan peristiwa yang tidak asing bagi kita, yang sebagian mungkin kita masih bertanya-tanya mengapa mereka dihukum seberat itu.

1. Isteri Lot yang menoleh ke belakang (disobedience)
2. Anak-anak Imam Harun yang mempersembahkan api asing
3. Korah, Datan dan Abiram yang melawan Musa (rebellion)
4. Uzza yang memegang tanduk mezbah (2 Sam 6:7 – irreverent act)
5. Ananias-Safira yang berbohong kepada hamba Tuhan (lying)
6. Nabi muda yang mati diterkam singa karena mendengarkan bujukan kebohongan nabi tua (disobedience)
7. Kesalahan fatal Adam dan Hawa (disobedience, rebellion)
8. Kesalahan super fatal Lucifer yang ingin menyaingi Yang Maha Tinggi (rebellion)
9. Kesalahan Mikhal yang memandang rendah Daud saat menari di hadapan Tuhan
10. Kesalahan Daud yang mengakibatkan keturunannya kena pedang turun temurun

Jika seorang mendapatkan penghukuman yang masih memerlukan waktu pertobatan, itu masih ada kesempatan untuk bertobat. Tetapi melihat nama-nama di atas, mereka tidak diberi waktu untuk bertobat – artinya tidak ada pintu anugerah bagi kesempatan kedua. Mengapa sampai hal-hal tersebut tidak mendapat simpati Tuhan, mengapa begitu beda dengan kesalahan/dosa-dosa lain yang masih mendapatkan kesempatan kedua atau beberapa kali kesempatan?

Kesalahan Daud, kesalahan Saul, Salomo, kesalahan Petrus masih mendapatkan kesempatan untuk mereka tahu akan kesalahannya. Bahkan Yudas yang mencuri berkali-kali, sampai ‘didorong’ Tuhan untuk melakukan niat jahatnya seharusnya memberikannya banyak waktu untuk berpikir dan bertanya kepada Gurunya bagaimana menghindar dari kekejian hati seperti itu.

Banyak orang-orang naif seperti Yudas yang sudah tahu bersalah masih terus melakukan kesalahan dan menyembunyikan kesalahannya seolah tidak ada yang tahu dan tidak mendapatkan ganjaran. Dosa demi dosa terus dilakukan, seolah Allah bisa dipermainkan dan seolah yang ditabur dalam dagingnya tidak akan dituainya di kehidupan nyata dan kekal.

Mempelajari dan menghindar dari jebakan kesalahan masa lalu atau orang lain menolong kita untuk terus evaluasi diri, mengerat carang-carang yang menghambat pertumbuhan roh kita. Sebab Firman Tuhan mengatakan bahwa pohon yang baik dibersihkannya lagi agar yang sudah menghasilkan buah makin lebat nantinya.

Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Yohanes 15:2

Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar detil kesalahan nama-nama di atas, tetapi saya minta Saudara merenungkannya dengan dalam dan mempelajari kesalahan mereka dengan mengamati dari sisi Tuhan, kemuliaan dan kekudusan-Nya, agar kita lebih menghormati Dia, lebih mencintai Dia. Mengucap syukur atas kemurahan, kesempatan, anugerah yang Dia berikan untuk hidup dalam kekudusan dan kebenaran-Nya. Jika kita hidup dalam kekudusan dan kebenaran, bukan karena usaha kita, tetapi karena Dia yang membenarkan dan menguduskan menjagai kita agar tetap hidup dalam jalur-Nya, karena sifat-Nya adalah benar dan kudus.

Oleh sebab itu, hidup di luar sifat-sifat alami-Nya sangatlah bertentangan dengan hidup di dalam Dia. Jika masih ada yang demikian dan masih hidup, berarti ini merupakan kesempatan dan anugerah bagi orang tersebut. Beda jika kita tidak tahu bahwa yang dilakukan adalah di luar sifat alami-Nya; tetapi jika kita tahu dan tetap melawan hati nurani untuk hidup bertentangan dengan sifat alami Tuhan, maka inilah saatnya untuk minta ampun kepada-Nya untuk kesempatan yang Dia berikan.

Orang yang gonta-ganti pasangan atau semacam itu dan akhirnya tervonis HIV/AIDS lalu berangsur-angsur menurun kekebalan tubuhnya, ia masih mendapatkan kesempatan untuk banyak berdoa, bertobat dan bisa mengucap syukur karena tidak dihukum langsung seperti contoh di atas.

Saya tahu seorang ibu pendeta yang menderita tergeletak di ranjang selama bertahun-tahun, tapi hatinya tambah pahit, ditengok untuk didoakan teman-temannya malah diusir tidak mau. Masih saja Tuhan memberikan kesempatan untuk bertobat.

Ada lagi seorang yang banyak mengatai orang lain, terkena kanker leher dan lidah. Tuhan masih sayang dan memberikannya kesempatan untuk mengakui dan menarik kata-katanya kepada orang-orang yang ia lukai. Tapi masih belum mau dan berkeras hati. Tuhan masih tetap memberikan waktu pertobatan.

Seperti wanita Izebel dalam kitab Wahyu, di sana tertulis bahwa Tuhan:
Wahyu 2:20-23 (TB) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya.
Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu.
Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.

Di sinilah kita mengerti bahwa ada penghukuman yang berupa “ranjang-ranjang orang sakit” untuk memberikan waktu kelonggaran untuk bertobat. Bukankah Tuhan baik? Semodel Izebel si penyesat saja masih diberi kesempatan! Hukumannya menyakitkan, selain dia diranjang-sakitkan, anak-anaknya juga ikut kena hukuman kematian! Kiranya pernyataan Tuhan ini membukakan mata kita untuk bertobat dan mengadakan pembalikan dengan cara merendahkan hati dan diri, agar kesempatan ini diambil sebaik-baiknya supaya mendapatkan kemurahan Tuhan kembali. Ia berbelas kasih kepada umat-Nya, hanya saja beberapa harus diberi ganjaran untuk menegaskan bahwa perbuatannya salah dan harus dikebaskan. Karena banyak orang yang tidak belajar dan terus menerus melakukan kesalahan-kesalahan tanpa tedeng aling-aling, sehingga itu mencemari dirinya dan meracuninya.

Waktu-waktu yang disebut HARI INI merupakan waktu kelonggaran bagi kita semua. Tuhan baik kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari-Nya, bertobat dari jalan-jalannya yang sesat, menguduskan diri di dalam kekudusan-Nya.

Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah. 2 Korintus 7:1