1 Samuel 31:8-13 (TB) Ketika keesokan harinya orang Filistin datang merampasi orang-orang yang mati terbunuh itu, didapati mereka Saul dan ketiga anaknya tergelimpang di pegunungan Gilboa.
Mereka memancung kepala Saul, merampas senjata-senjatanya dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk menyampaikan kabar itu di kuil berhalanya dan kepada rakyat.
Kemudian mereka menaruh senjata-senjata Saul di kuil Asytoret, dan mayatnya dipakukan mereka di tembok kota Bet-Sean.
Ketika penduduk Yabesh-Gilead mendengar tentang apa yang telah dilakukan orang Filistin kepada Saul, maka bersiaplah segenap orang gagah perkasa, mereka berjalan terus semalam-malaman, lalu mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesh dan membakar mayat-mayat itu di sana. Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sesudah itu berpuasalah mereka tujuh hari lamanya.

Saul, raja yang sudah lama kehilangan urapan dan masih mondar-mandir dengan dosa, masih dibiarkan Tuhan berkuasa sampai 40 tahun, mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri di atas pedangnya. Kisah hidupnya mengenaskan, tidak disayang oleh bangsa Israel seperti Daud, tetapi masih ada orang yang menghormatinya dan menjemput mayatnya.

Orang-orang perkasa dari Yabesh-Gilead mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya serta mengurus jasad dan tulang-tulang mereka. Bahkan setelah itu mereka berpuasa selama 7 hari. Entahkah puasa ini untuk mengheningkan jiwa, atau untuk membasuh dari kenajisan, atau sebagai penghormatan kehilangan orang-orang luar biasa seperti Yonatan. Tetapi perbuatan mereka tercatat di Alkitab, perbuatan mereka diperhitungkan Tuhan dan Daud.

Pembacaan dari dulu saya ada tercuat di pikiran tentang perbuatan baik mereka, tapi tidak semerenung sekarang ini, yang makin ke sini saya makin menghargai orang-orang yang masih menghargai orang-orang yang sudah tidak dihargai. Saya menghargai Rev. Rick Joyner yang menghargai dan mengembalikan Ted Bentley ke pelayanan setelah kejatuhannya. Beliau juga mengembalikan beberapa nabi yang sudah jatuh dan dijauhi orang-orang Kristen di Amerika dan sekitarnya.

Barnabas juga mengambil Markus muda yang tidak kuat mengikuti medan pelayanan Paulus. Walaupun setelah perpisahan-perbedaan sengit itu nama Barnabas tidak lagi muncul di permukaan, tetapi Markus dipulihkan karena pelayanan Barnabas dan akhirnya justru Markus diperlukan lagi untuk membantu pelayanan Paulus dalam penjara dan di akhir hidupnya. Barnabaslah juga yang membawa Paulus kepada rasul-rasul saat dia baru bertobat, karena semua orang takut dan tidak percaya bahwa dia sudah menjadi murid Kristus.

Ada pelayanan-pelayanan yang menerima “orang yang terbuang” – mereka seperti recycling ministry; di antaranya menerima anak-anak yatim piatu, anak-anak yang ditolak orang tuanya, mereka yang terkena narkoba, yang tidak lagi dipercaya masyarakat. Pelayanan seperti ini tidak bergengsi, tetapi menerima upah besar di Sorga. Mungkin mereka bukan “menerima” perbuatannya, tetapi menerima pribadi mereka sebagai “Yesus” yang di dalam diri orang-orang terbuang ini. Sebagaimana Yesus berkata bahwa jika kita menerima yang paling kecil ini, kita juga menerima Dia. Jika kita mengunjungi mereka yang di penjara, kita sedang kunjungan kepada Yesus. Semua perbuatan yang tidak mendapatkan tepukan dunia mendapatkan upah kekal di Sorga.

Penduduk Yabesh-Gilead ini tidak melakukan perbuatan gagah perkasa, tapi ini perbuatan istimewa, sebuah penghargaan yang sangat baik kepada raja, walaupun sudah berakhir pemerintahannya dalam kekalahan dan kehilangan urapan. Mereka memberikan diri mereka sendiri suatu respect, suatu honor, — berkat ini bagi mereka selamanya tak tergantikan.

Dulu ada seorang murid yang diam, sederhana; jika saya berangkat pelayanan, dia akan menyodorkan paper bag kecil berisi tisue, permen fishermen, air minum, entah apa lagi saya nggak ingat, tapi hal kecil yang selalu saja saya butuhkan di lapangan. Kami juga memiliki staff dalam pelayanan, dan ada staff yang selalu siap membukakan pintu walaupun dini hari saat saya pulang dari perjalanan pesawat, atau saat saya harus berangkat dini, dia selalu siap bangun dan membantu mengangkat koper saya. Perbuatan yang nampaknya kecil, tapi konsisten dan berdampak kekal dengan upah tak tergantikan. Rekan pelayanan lainnya selalu menolong saya untuk urusan-urusan kecil seperti membetulkan sepatu saya, ikat pinggang, menggantikan batere jam, membawa baju-baju saya untuk dipermak, dan hal-hal kecil yang bagi saya sangat berarti. Firman Tuhan juga berkata bahwa jika engkau memberi secangkir air kepada seorang nabi, kamu tidak akan kehilangan upahmu.

Yusuf Arimatea bukanlah seperti rasul-rasul yang besar, tetapi di saat yang krusial dia memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Maria Magdalena juga tidak masuk jajaran rasul, tetapi ia menyiapkan rempah yang terbaik, datang paling pagi, dan ditemui Tuhannya. Ia menduduki ‘tempat’ yang tidak tergantikan oleh siapa pun dalam kekekalan.

Perbuatan Yonatan kepada Daud bagi saya merupakan perbuatan keprajuritan luar biasa, seorang ksatria yang jauh dari keegoisan – tidak pernah takut disaingi, bahkan memberi dan mengasihi seperti/lebih dari dirinya sendiri. Perbuatan Rut juga sama, mereka-mereka ini melakukan yang terbaik bagi orang lain, dan mereka mendapatkan upah kekal.

Saya selalu mengingat orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang tak tergantikan dalam kehidupan saya – mereka menjadi jembatan untuk saya menapak dengan aman ke level berikutnya. Mereka yang memberikan dan membelikan kebutuhan-kebutuhan primary dalam pelayanan saya, mereka-mereka yang tidak egois terhadap saya, mereka yang memikirkan apa yang tidak terpikir oleh orang lain. Mereka melayani saya di balik mimbar, mereka mengerti kebutuhan saya, menyediakan, memaksa dengan cinta – mereka-mereka adalah pahlawan-pahlawan yang mendeposit upah kekal di Sorga – mereka tak tergantikan. Seperti Rut mengasihi dan tidak egois terhadap mertuanya, mereka-mereka sendiri juga mendapatkan upah “Boaz” dan “Obed” serta kekayaan yang menyertai selama di dunia.

Tuhan tidak pernah luput mencatat perbuatan yang nampak “kecil” yang mulia seperti ini, Ia bahkan mencatatnya dalam sejarah, dalam buku kehidupan, dalam kitab-Nya. Terimakasih untuk keberanian Saudara melakukan perbuatan gagah perkasa yang tidak terlalu nampak, bukan pelayanan mimbar, bukan heroism seperti penyelamat baywatch di pantai, tetapi pemikiran “kecil” itu diperhitungkan Sorga. Don’t stop doing “small” heroism things.

Sebaliknya, ada orang-orang yang merasa sudah melakukan perbuatan gagah perkasa dan pongah karenanya, menonjolkan diri dan ingin diangkat. Inilah contohnya, dan ia mendapatkan upah atas keegoisannya:
2 Samuel 1:1-7, 9-10, 14-16 (TB) Setelah Saul mati, dan ketika Daud kembali sesudah memukul kalah orang Amalek dan tinggal dua hari di Ziklag, maka datanglah pada hari ketiga seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan tanah di atas kepala. Ketika ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah dan menyembah. Bertanyalah Daud kepadanya: “Dari manakah engkau?” Jawabnya kepadanya: “Aku lolos dari tentara Israel.” Bertanyalah pula Daud kepadanya: “Apakah yang terjadi? Coba ceriterakan kepadaku.” Jawabnya: “Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; bukan saja banyak dari rakyat yang gugur dan mati, tetapi Saul dan Yonatan, anaknya, juga sudah mati.”
Lalu Daud berkata kepada orang muda yang membawa kabar kepadanya itu: “Bagaimana kauketahui, bahwa Saul dan Yonatan, anaknya, sudah mati?” Orang muda yang membawa kabar kepadanya itu berkata: “Kebetulan aku ada di pegunungan Gilboa; maka tampaklah Saul bertelekan pada tombaknya, sedang kereta-kereta dan orang-orang berkuda mengejarnya. Ketika menoleh ke belakang, ia melihat aku, lalu memanggil aku; dan aku berkata: Ya tuanku. Lalu katanya kepadaku: Datanglah ke mari dan bunuhlah aku, sebab kekejangan telah menyerang aku, tetapi aku masih bernyawa. Aku datang ke dekatnya dan membunuh dia, sebab aku tahu, ia tidak dapat hidup terus setelah jatuh. Aku mengambil jejamang yang ada di kepalanya, dan gelang yang ada pada lengannya, dan inilah dia kubawa kepada tuanku.”
Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnahkan orang yang diurapi TUHAN?” Lalu Daud memanggil salah seorang dari anak buahnya dan berkata: “Ke mari, paranglah dia.” Orang itu memarangnya, sehingga mati. Dan Daud berkata kepadanya: “Kautanggung sendiri darahmu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, karena berkata: Aku telah membunuh orang yang diurapi TUHAN.”

Semua perbuatan yang tidak disertai dengan kemurnian akan menuai akibatnya; menabur dalam ketidakmurnian menuai kekotoran. Semua perbuatan keegoisan akan menuai juga buah daging yang fana. Tetapi kemurnian dan selfless akan menuai upah kekal.