“Biar kehendak Tuhan yang jadi.”
“Kalau Tuhan tidak menghendaki, Dia pasti akan tutup semua jalannya.”
“Saya menyerahkan kepada Tuhan saja, pasrah.”
“Saya tinggal menjalani aja, karena ini sudah kehendak Tuhan. Dia atur semuanya demikian.”

Pernyataan-pernyataan seperti ini kadang sangat melenceng dari kehendak Tuhan yang sesungguhnya, karena selalu mempunyai master plan, yaitu yang sering kita sebut dengan Plan A. Mengapa disebut Plan A? Karena ada kesalahan-kesalahan yang diakibatkan dari melakukan plan-plannya sendiri, sehingga mau tidak mau kita harus masuk dalam Plan B, yang dikiranya plan lain Tuhan yang sudah dipersiapkan. Padahal Tuhan cuman punya master plan, tapi kita yang masuk dalam plan lain atas kehendak kita sendiri.

Pernyataan yang kedua di atas itu adalah contoh yang sangat keliru yang sering diterabas kalau kita sendiri sudah menghendakinya dalam hati. Kita mencari pembenaran dan mencari ayat pendukung; mencari pendeta pendukung dan massa pendukung, lalu kita melangkah dengan dukungan-dukungan itu dan mengabaikan hati nurani yang trus mengetuk dalam kelembutan roh.

Saat semuanya nampak “beres,” maka kita melangkah di plan jadi-jadian itu, dan menguatkan hati dan diri dalam melanggar Tuhan dan hati nurani, lalu terjadilah kutipan statement yang kedua tadi.

Mari kita baca ayat-ayat di bawah ini, yang kejadiannya adalah merupakan pelanggaran hati nurani, masih ditutup-tutupi dan direkayasa sedemikian rupa untuk melakukan kehendaknya sendiri.

2 Samuel 11:26-27 (TB) Ketika didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.

Ini kejadian terkenal yang dilakukan Daud (bukan dialami, seolah terjadi secara natural), Daud merekayasa kejadiannya, dan ia masuk dalam plannya sendiri, bukan plan Tuhan atau kehendak Tuhan. Kemudian Daud menghadapi kematian anaknya, hidup dalam plannya seumur hidupnya dan tertulis dalam kitab selamanya. Dosanya sudah diampuni dulu-dulu, tetapi dampak hidup di luar Master Plan Tuhan tak bisa diubah lagi. Kalau sudah di luar, bagaimana masuk kembali? Bagaimana menghidupkan Uria yang sudah ‘dibunuhnya?’ Bagaimana menceraikan Batsyeba yang seharusnya bukan menjadi isterinya? Bagaimana mengubah orang-orang di sekitarnya sakit hati kepadanya, termasuk orang dekatnya yang di kemudian hari mengkhianatinya dan membelot kepada anaknya? Semuanya sudah menjadi “bubur,” tak ada yang bisa dikembalikan jika seorang masuk dalam plan pribadi. Walaupun ada hal lain yang masih tetap ada dalam jalur plan Tuhan, seperti dalam hal Daud menduduki takhta kerajaan, memimpin umat yang besar, itu merupakan bagian dari Master Plan yang dijalaninya.

Lalu bagaimana mengetahui bahwa itu bukan Master Plan Tuhan?
Kita harus menunggu Tuhan.
Membuka hati.
Jangan mengeraskan hati.
Tidak boleh melangkah sampai Tuhan menjawab.
Jika tidak ada jawaban, dan tetap ada keraguan, berarti itu bukan kehendak Tuhan.

Pengalaman saya waktu memutuskan untuk menikah atau tidak dengan lelaki itu, saya berdoa selama 1-2 tahun. Dia meminta terus, dan saya menggedor pintu Sorga terus. Mengapa? Karena ada keraguan, walaupun secuil dan hampir tidak terdeteksi kalau saya gelap mata dan berjalan berdasarkan ‘cinta’ *gombal hehehe (keterangan lengkapnya ada di bawah). Saya bertanya kepada orang tua saya, tetapi mereka menyerahkan keputusan kepada saya karena berpikir saya sudah dewasa dan mampu memutuskan sendiri. Saya terus mencari jawaban dari Tuhan, sampai saya bingung karena orang itu berpikir saya main-main dengan relationship tersebut. Saya hampir melakukan kesalahan fatal seumur hidup, tetapi dalam anugerah-Nya Tuhan rescue saya untuk rencana-Nya yang besar.

Kami sudah melihat cincin, itu kesalahan besar saya memberinya ‘angin’ dan hampir! menjebakkan diri dalam ‘sangkar’ pertunangan. Dalam pada itu, seperti kisah full saya di buku pertama dan kedua (Berhasil Karena Iman dan Menikmati Kemustahilan), saat saya menghadiri KKR di gereja, maka Tuhan mengutus nabi-Nya untuk memanggil nama saya dan dari Sorga Tuhan memporak-porandakan plan manusia kami. KABOOM!!! Big rescue, BIG BO-M. Haleluya sampai kekal gak ada abisnya.

Tidak semua kisah ada rescue seperti ini, sebab Tuhan sudah memberikan ranjau-ranjau dalam hati nurani – itu adalah komunikasi Dia dengan kita, jangan sekali-kali dilanggar dan berkata “kalau Tuhan tidak menghendakinya, Dia akan menutup semua pintu.” Itu daging yang menjebakkan kita ke dalam plan penyesalan kekal.

*The gombal itu tadi:
Can I tell you plainly and honestly?
Cinta cuman buatan, feeling, sementara, dan menipu!
Believe me you can find that kind of gombal everywhere.
“Tapi cinta kami beda…,” katamu… well hanya beda gombalnya aja sih.
I’m sorry if I hurt your gombal feeling, seriously,… but you just don’t know what you will be experiencing after you put yourself in another plan of yours itu.

Bagi yang pernah pacaran, pernah kawin, pernah cerai, pernah ini dan itu, bukankah perasaan yang lalu mudah ditindih dengan perasaan baru? Kalau ada orang bilang bahwa “saya tidak akan kawin dengan siapa pun selain yang ini,” atau “kalau gak kawin sama yang ini saya lebih baik gak kawin seumur hidup atau bunuh diri”; “kalau dia mati sebaiknya saya juga mati”... semua itu tidaklah benar. Itu emosional sesaat, sebab feeling tidak bisa dipercaya.

APALAGI kalau sudah keluar pernyataan begitu… pastilah itu KEHENDAK DAGING, dan bukan kehendak Tuhan. Sebab kehendak Tuhan pastilah melibatkan KEKOSONGAN KITA, PENYERAHAN KITA, “BIAR KEHENDAKMU YANG JADI” ini akan menjadi pegangan kita.

Sekarang saya makin mengerti kehendak Tuhan, dan jika ada orang yang bertanya kepada saya, sini, tulis email, saya akan sangat mudah mendeteksi yang kehendak daging atau Tuhan – baunya sangat kentara, pasar vs ilahi. Hahaha….

Masih lanjutan pergombalan:
Selama pernikahan masih saling mengharapkan, itu bukan cinta sejati. Hanya secuil cinta sejati dalam pernikahan, karena selalu saja saling “memanfaatkan” tubuh, kepentingan, penjagaan, security masa depan, dll. Memang dikatakan bahwa bla dan bla, tapi pernikahan hampir semuanya adalah bukan cinta sejati, mostly cinta eros, face it, man…. Apakah ada yang menikah tanpa mengharapkan imbalan dan hanya melayani dan memberi, seperti kasihnya Yonatan kepada Daud dan kasihnya Rut kepada Naomi?

Bahkan yang menikahi orang-orang cacat pun masih ada imbalan harta, imbalan sex, dll – walaupun di kulitnya nampak berkorban, tapi tetap ada arah ke sononya. Apalagi yang menikahi kakek-nenek kaya, itu tinggal nunggu hari inalilahinya aja dan memperoleh segudang hartanya. Mereka bisa merem saat melakukan seks dengan keriputan. Face it! And let’s be honest here. Don’t you?

Bagi mereka-mereka yang menikah walaupun wajahnya sudah terbakar api dalam kebakaran pesawat, itu karena sudah ada ‘jalinan’ di masa lalu, dan bisa jadi gak enak jika gak dinikahi sesudah rupanya hangus tak berbentuk. Atau kejadian-kejadian serupa itu, tetap menikah walaupun sesudah tahu calonnya didiagnosa penyakit gawat atau mematikan. Ini bisa saja menyangkut etika dan kesungkanan. Come on,… face it now.

THE GOMBALLESSNESS LOVE
(hahaha… what a great found-new dictionary ala Maq)
Mau tahu cinta sejati? Cinta murni, pure agape?
Adalah cinta yang gak ngesrong, yang gak mengharapkan balasan, yang tidak egois, yang tidak memenuhi kebutuhan pribadi. Ada cinta-cinta seperti itu yang berani berkorban, cinta yang hanya memberi, memberi, dan tidak mengharapkan menerima apa pun. Not sex, not money, not enjoyment, not a blistful future. That’s real pure love, phileo, agape.

Walaupun dalam kenyataan fakta hidup di dunia, hal ini tidak akan terjadi pada pernikahan, untuk memasuki pernikahan. Karena justru menikah memang kebutuhannya tetap ada mutualisme, itu tidak disalahkan. Ini juga institusi buatan Tuhan yang dikehendaki Tuhan. Tetapi bukan erosnya, bukan kebutuhan sampingannya. Kita tadi membahas mengenai hidup dalam Master Plan Tuhan. Jangan sampai yang lagi ngesrong itu maksain kehendaknya seolah kehendak Tuhan dengan memakai semua trik ketidakmurnian yang dimurni-murnikan di bawah mikroskop firman yang dicari-cari kepas-annya. Itu intrik dan hikmat dari setan-setan.

Hidup dalam Master Plan harus berani berkorban, berani sungguh-sungguh hanya menanti kehendak Tuhan, mengabaikan daging. Jika kita berani menyangkal daging, maka Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Masakan Dia tidak mempertemukan yang terbaik bagimu? Masakan Dia akan menahan kebaikan bagi anak-anak kesayangan-Nya? Kadang kita akan diuji dengan plans lain, sampai kita berani menyerah, barulah Dia menyediakan yang terbaik.

Sengsaranya hidup dalam plan pribadi, kiranya kisah di bawah ini tidak terulang bagi kita, menjadi pelajaran berat untuk kita lari menjauh dari jeratnya. Daging hanya nikmat sesaat, tapi saat kita masuk dalam perangkap gelap iblis, maka selamanya kita akan menanggung akibatnya.

2 Samuel 12:9-11 (TB) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.

Rupanya Tuhan tidak menahan plan pribadi, saat Daud merancangkan kejahatan, seharusnya dia selalu bertanya kepada Tuhan. Tuhan juga sudah memberikan signs dan ranjau, Uria yang berkali-kali dibujuk dan dibikin mabuk tetap saja tidak mau pulang ke rumah.

Andai saja Daud mendengarkan Tuhan, andai saja Daud tidak membunuh Uria tetapi mengakui perbuatannya dan kesalahannya kepada Uria, maka Daud masih ada di jalur kesempatan Tuhan dalam kaitannya dengan pedang dan hukuman dalam rumahnya dan keturunannya.

Kita belajar untuk menghindari plan pribadi dan fokus kepada Master Plan. Hampir semua dosa nikmat dan menggiurkan pada awalnya. Hindari, karena itu jerat dan tipu daya iblis.

Lord, help this flesh to always submit to Your Spirit. In Jesus powerful Name we pray… Amen.