Lanjutan minggu lalu, saya membahas kehidupan melayani versus sekuler yang bertuhankan mammon. Saya tidak mengajak semua orang melayani full time seperti saya; tetapi saya sedang membandingkan saja mereka yang di luaran yang bertuhankan mammon, ngejar duit tiap hari selama bertahun-tahun tapi tetap sulit menikmati hidup.

Saya pun tidak tahu apa yang ada di benak beberapa banyak murid atau alumni kami tentang saya. Sebab bayangan mereka, wujud Maqdalene Kawotjo adalah sosok yang berdiri di mimbar saja, mereka belum bisa menerobos pandang sosok saya di balik layar, di kehidupan sehari-hari yang suka masak, suka nyantai, pakai celpen, kaosan, gak dandan, rambutnya cuman diuntil2 karet gelang kuning, jalan belanja di pasar, ngobrol sama tetangga, naik sepeda sama Joy, jalan-jalan sore dan ambilin poopnya Joy, bersihin kamar mandi dan buang eek si kecil, dan kehidupan biasa sehari-hari tanpa ada tanda-tanda pengkhotbahan.

1-2 email masuk memberikan apresiasi dengan mengatakan bahwa mereka rindu saya, “dan bersyukur bahwa mereka pernah melakukan perjalanan darat naik mobil selama berjam-jam dengan saya ke Geneva dan melihat hidup saya dari jarak dekat, dan merasa bahwa Maq bukanlah sosok yang gimana gitu lho, yang sangat disegani dan semua orang diam jika saya masuk ruangan.” Saya cukup heran dengan komentar yang seperti ini, seolah sosok saya merupakan suatu manusia berbeda yang tidak bermanusiawi sama sekali dan hanya berkhotbahwi atau rohaniawi dan sorgawi. Mungkin nampaknya begitu karena saya benar-benar menjaga kepala-pundak-lutut-kaki yang kesemuanya diperhatikan orang tanpa luput seinci pun. Walaupun saya sudah meyakinkan mereka dengan kemanusiawian saya, tetapi nampaknya tetap saja saya dinilai berbeda. Well, apa boleh buat?

Suatu kali seusai saya melayani dari luar pulau, beberapa hari kemudian saya menerima email yang melukiskan semua tingkah laku saya yang kata mereka, bahkan saat naik mobil pun sangat sopan, sangat ratuwi. Saat duduk di lantai dan mau berpindah kaki, sangat menjaga agar rok tidak terbiak, dan gerakannya gemulai. Ini sangat membingungkan saya, sebab tingkah seperti itu tidak saya perhitungkan akan dinilai orang gitu, saya berlaku seadanya, tetapi mungkin karena memang pakai rok dan duduk di bawah, tentunya ada kesopanan yang harus dijaga saat saya harus mempertimbangkan dari kaki kesemutan selama duduk berjam-jam bersama.

Tidak ada ‘ketakutan’ bahwa tingkah laku saya dinilai, sebab tidak ada yang saya sembunyikan, anyway. Jadi jika memang apa adanya saya begitu di hadapan orang, ya begitulah saya di dalam ruangan. Saya menikmati hidup, saya kerja keras, tapi saya enjoy melayani. Saya berpikir tidak ada pekerjaan yang bagi saya lebih cocok buat saya selain melayani Tuhan dan jiwa-jiwa dengan cara seperti ini. Ini pilihan Tuhan, penetapan Tuhan dan saya tinggal di dalamnya joyfullyBelieve me, saya tidak takut tua-sendirian-tidak-kawin-tidak-ada-suami. Ada orang-orang yang membingungkan masa depan saya, tapi saya justru sebenarnya mendengarkan ketakutan mereka sendiri untuk masa tua mereka. Siapa yang akan jaga, siapa yang akan kirim duit, dan mereka bingung beneran simpan-simpan uang untuk masa depan. Sedangkan saya terus menerus mencari kesempatan untuk bisa memberi dengan ketepatan dan dalam pimpinan Roh Kudus.

Yang kebanyakan orang Kristen gak tahu rahasianya adalah: siapa mencari Kerajaan Sorga dan Kebenarannya, maka hal-hal yang mereka jungkir-balikkan bertahun-tahun dengan peluh itu cuman bonus tambahan. Ngapain saya repot cari tambahannya kalau itu sebenarnya dijanjikan sebagai bonus jika saya melayani Tuhan?

Saya juga sudah menikmati gemerlapnya pakai berlian, pakai jam rolex berlian, pakai mobil-mobil baru, tapi ya itu lagi, jika saya ditantang dengan diperhadapkan kebutuhan jiwa-jiwa, apakah saya harus mempertahankan mammon itu? Tidak, saya harus memperalatnya untuk kebutuhan orang lain.

Beberapa tahun ngumpul uang akhirnya diserahkan kepada Tuhan, membuat saya asik berpetualang menikmati rumah-rumah orang lain, bertahun ganti tahun saya tinggal di rumah yang berbeda suasana dan posisinya karena kontrak. Itu keberuntungan juga saya bisa menikmati sana sini, beda-bedi, mahal murah. Ada yang kemana-mana jauh, ada yang deket (deket dari dapur ke kamar ke kamar mandi). Kuatir? Nggakkkk!! Saya enjoy banget, enjoy hidup, beneran. Tanyain aja para rekan pelayanan kami, apa saya pernah keliatan murung, stress, nangis karena gak ada duit? Kalo lagi kebutuhan, saya malah ajak rekan kantor berpesta. Indah sekali hidup seperti ini, melayani Tuhan yang bisa dipercaya dalam segala kebutuhan hidup dan masa depan. Masa yang model beginian masuk panti jompo…kasihan banget… gak kenal Tuhannya gue pasti. What d’you think?

Saya malah bingung kalau orang bingung dengan uang, bingung cari uang, bahkan pendeta-pendeta sibuk cari uang, sengaja khotbah sana-sini untuk dapetin uang. Bahasanya menyiratkan keuangan dan hatinya yang terpaut kepada mammon. Itu bau sekali! Kekejian bagi Tuhan. Beberapa komentar di mimbar yang memalukan Tuhan seperti: “Enakan khotbah daripada jadi WL, karena PK-nya gede.” Lalu ada seorang penyanyi rohani, waktu kami duduk bersama dan ada yang memintanya menyanyi, dia bilang, “asal persembahannya Euro ya, karena ini di Eropa.” Ada anak muda yang selalu minta-minta uang kepada saya di FB, yang butuh untuk KKR-lah, yang untuk pelatihanlah, yang untuk ini itu. Tapi ayatnya di FB banyaknya bukan main, fotonya gonta-ganti gaya tiap hari, entah di mimbar foto lagi nyanyi atau khotbah, dan foto selfie narsis hari-hari dengan pakaian yang berganti-ganti. Saya bingung beneran… tolong.

Mereka ini pastilah tidak tahu prinsip hidup dalam Tuhan! Padahal dalam Tuhan kita SUDAH mendapatkan segalanya! Jika kepenuhan Kristus ada dalam kita, apa lagi yang tidak bisa dipenuhi? Tapi orang percaya harus tahu kunci memperolehnya, bukan dengan rengekan seperti itu tadi, bukan dengan manipulasi, dengan airmata meminta-minta. Then, how? You know the key!

Jadi kalau mau jadi orang Kristen yang enjoy dan tidak repot-repot mikir mammon dan bekerja di bawah tuan mammon, bekerjalah untuk Tuhan, lakukan segala sesuatunya untuk Tuhan. Tapi sulit diterapkan bagi orang Kristen yang tidak mendapatkan bimbingan bagaimana hidup dan bekerja seolah untuk Tuhan. Tetapi saya yakin Saudara dipimpin Roh Allah dan hiduplah jujur dan murni di tengah angkatan yang bengkok dan sesat ini. Bersinarlah. Orang yang bersinar tidak bisa disembunyikan, seperti perumpamaan Tuhan tentang kota di atas bukit dan lampu.

Saudara bisa tetap bersinar dan keren. Bisa tetap enjoy hidup dan rohani. Bisa murah hati dan makin diberkati. Bisa butuh tapi gak bingung. Bisa tua dan tetap awet muda. Bisa apa aja, karena bagi orang percaya satu pun gak ada yang mustahil. So, what d’you think?

“supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,” — Filipi 2:15

 

“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” — Matius 5:14-16