Buku ini adalah pelajaran teori dari berhasil karena iman. Mengapa Maq mengalami banyak mujizat dengan loncatan iman? Karena Maq belajar hidup dalam ketaatan, dan langkah-langkah mengenai ketaatan itu sendiri sebagian besar tertuang dalam buku tersebut. Buku ini sudah jadi bersamaan dengan BKI, tetapi karena ternyata minat para pembaca Indonesia lebih cenderung ke narasi cerita daripada teori, maka Maq merombak total seluruh isinya menjadi cerita-pelajaran, sehingga dibacanya bukan melulu teori dan ayat-ayat Alkitab, tetapi berbaur dengan pengalaman pribadi.

Tidak seperti BKI, mengenai judul Maq sudah menemukan jauh-jauh hari sebelum merampungkan tulisan buku tersebut. Judulnya bahkan dijadikan gong dari cerita di bab akhir dan juga sempat menjadi topik dari salah satu khotbah yang dibawakan Maq.

Dulu Maq ditolak sana sini, sekarang dicari-cari. Ada beberapa penerbit dan meminta Maq untuk mencetak buku ini melalui mereka. Jadi selama penulisan, Maq mempertimbangkan percetakan mana yang akan dijadikan tempat pemunculan buku keduanya tersebut. Maq ingin merambah lebih luas lagi supaya seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan sekitarnya diberkati melaluinya.

Rupanya Tuhan banyak membuka pintu-pintu di depan Maq. Favor of God benar-benar dinyatakan. Beberapa banyak hal tidak usah susah-susah seperti pada era BKI. Maq juga mendapatkan tawaran untuk memimpin group tour ke Israel beberapa kali oleh berbagai instansi. Maq menerima salah satu dari tawaran-tawaran tersebut, yaitu dari Mitha Tour pada bulan Desember 2003, tepat hari Natal di Betlehem dengan 28 peziarah dari Indonesia. Bahkan orang tua Maq juga sempat kecipratan berkat untuk pergi ke Israel pertama kali dalam hidup mereka dengan dibukanya jalan tersebut. Tuhan begitu baik.

Bicara mengenai cover buku kedua, Maq tidak memikirkan gambar wajahnya akan muncul lagi. Tetapi ternyata para pembaca sudah meminta untuk menampilkan wajahnya lagi sebagai icon dari buku karangan Maqdalene. Ada memang satu dua orang yang mencibir melihat wajah Maq terpampang di BKI. Namun, mereka hanya dua negative dari sekian ribu positive. Jadi tidak ‘merusak susu sebelanga’. Photographer Maq kali ini juga sip berat. Dony Surlaya adalah teman Maq lebih dari sepuluh tahun sejak sebelum Maq berangkat ke Korea. Mereka saling kenal di GBI Bima, dan diangkat anak dua-duanya oleh pendeta Paul Abadi dan dokter gigi Yeni Witarsa isterinya. Dony sangat mengerti sisi wajah Maq dengan semua ketidakpantasannya jika diambil dari sisi tertentu dengan senyum yang salah. Jadi, kerjasama dengan Dony Maq tidak perlu canggung-canggung untuk mengekspresikan gayanya, sehingga hasilnya seperti yang Anda lihat.

Suatu hari Maq menginap di rumah temannya di Bogor, mereka suami isteri muda yang baru saja mempunyai anak bayi. Besoknya mereka mengajak Maq ke Full Gospel Businessmen Fellowship, karena suaminya merupakan pengurusnya. Saat duduk mendengarkan kesaksian, Maq memperhatikan Dina Lee yang bersaksi bagaimana Tuhan sanggup menjamah hidupnya dan bahkan menolongnya menjadi perias pengantin. Rupanya kesaksian yang sudah lama itu muncul di permukaan, saat Maq memikirkan cover kedua. Mereka bertemu, dan take off! Sudah lama sekali Dina dan suaminya ingin menyumbangkan sesuatu untuk pelayanan, tetapi mereka tidak bisa apa-apa. Nah, sekaranglah kesempatan mereka, waktu Maq menanyakan harga, Dina dan suaminya menawarkan menjadi sponsor untuk make up dan bahkan kostum!

Maq dan timnya mendoakan buku-buku tersebut setiap hari untuk dapat memberkati jiwa-jiwa. Untuk setiap detil dari kebutuhan yang bersangkutan dengan buku, mereka tetap mendoakannya, demikian juga dengan orang-orang yang bersangkutan nantinya. Sementara satu persatu fall in place, mereka masih belum menemukan tempat yang tepat. Waktunya sangat dekat, kami belum menemukan juga, tapi kami tetap percaya bahwa Tuhan tetap bekerja sesuai dengan jadwal waktunya. Waktu Maq diundang untuk melayani di rumah Ibu Wani tanggal 3 Maret 2004 (padahal undangan bicara tersebut diminta sudah sejak tahun 2003), saat dia berdoa dan melihat sudut ruangan, Maq tahu itu tempat yang selama ini didoakannya. Ibu Wani membuka rumahnya dengan lebar, di daerah pondok indah, rumahnya besar dan mewah, ada kolam renang, ada beberapa sofa, dan sudut-sudut ruangannya terlihat minimalis.

Semua crew Dony dan Dina datang untuk “membabat habis” wajah Maq tanggal 3 April 2004 di rumah Ibu Wani. Hari itu Dina melakukan the best dengan keahlian tangannya, setelah kami mengadakan test make up seminggu sebelumnya. Dony mondar-mandir untuk membidik dengan lensanya. Kami bekerja mulai siang, namun masih saja Dony belum juga mendapatkan pose dan ekspresi yang tepat. Konsep pertama Maq adalah model Estee Lauder yang sedang duduk di kursi mengenakan baju serba putih. Berhubung cover BKI memakai baju serba hitam, kali ini harus tampil beda. Sampai sore kami belum juga menemukan pose yang sempurna. Akhirnya, Tuhan baik sekali, dipenghujung hari, waktu sudah malam, baru kami mendapatkan satu gambar perfecto dari 300 jepretan yang tepat untuk konsep judul MENIKMATI KEMUSTAHILAN! Uffh!